logo Kompas.id
โ€บ
Ilmu Pengetahuan & Teknologiโ€บHujan Lebat di Puncak Kemarau ...
Iklan

Hujan Lebat di Puncak Kemarau Menandai Perubahan Iklim

Seperti prakiraan awal BMKG, musim kemarau 2021 berlangsung lebih basah. Anomali ini dipengaruhi oleh perubahan iklim.

Oleh
Ahmad Arif
ยท 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/VJKSyheHayPxAJGw4hG7XPZPMSY=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F08%2Fac86950a-f8b8-4ba3-a78a-ed52b7faf1f6_jpg.jpg
Kompas/Heru Sri Kumoro

Pedagang menjajakan mantel hujan kepada pengendara sepeda motor yang berteduh saat hujan deras mengguyur di Jalan Bintaro Raya, Jakarta, Kamis (5/8/2021). Hujan masih mengguyur sebagian wilayah Indonesia meski memasuki puncak musim kemarau. BMKG mangatakan bahwa hujan di musim kemarau ini dipengaruhi oleh dinamika atmosfer global dan regional. Selain itu, anomali hujan ini dipengaruhi oleh berkembangnya sistem tekanan rendah di Samudra Hindia sebelah barat daya Pulau Sumatera.

JAKARTA, KOMPAS โ€” Anomali hangatnya suhu muka laut di perairan Indonesia menyebabkan hujan lebat melanda Jabodetabek dan Bandung bagian barat pada Kamis (5/8/2021) ketika musim kemarau seharusnya mencapai puncaknya. Keberadaan cuaca yang semakin fluktuatif ini menjadi salah satu penanda krisis iklim.

Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Fachri Radjab mengatakan, hujan lebat yang melanda Jabodetabek disebabkan adanya daerah pertemuan angin dan gejolak yang kuat di atmosfer yang memicu terbentuknya awan dalam skala lokal. โ€Potensi hujan masih berpeluang hingga tiga hari ke depan,โ€ katanya.

Editor:
Adhitya Ramadhan
Bagikan