logo Kompas.id
Ilmu Pengetahuan & TeknologiIndustri Ekstraktif Masih...
Iklan

Industri Ekstraktif Masih Dibangun di Kawasan Rawan Bencana

Laporan Koalisi Bersihkan Indonesia menemukan di antaranya 131 izin pertambangan berada di kawasan risiko gempa bumi dengan luas 1,6 juta hektar.

Oleh
PRADIPTA PANDU
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/M8u7tlSBmmpFv8w2IwGtJ7uvirM=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F04%2F8ad9e6bd-383a-47e5-8bad-8f08eb9445cb_jpg.jpg
KOMPAS/PANDU WIYOGA

Lubang bekas tambang timah atau biasa disebut kolong di Pulau Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Senin (5/4/2021).

JAKARTA, KOMPAS — Lokasi industri ekstraktif di Indonesia saat ini masih banyak yang berada di kawasan rawan bencana, seperti gempa bumi, banjir, dan longsor. Pemerintah pun didesak untuk mengevaluasi seluruh pemberian izin pertambangan yang tidak memperhitungkan karakteristik sosial, kultural, ekologi, iklim, dan geologis Indonesia.

Hal tersebut terangkum dalam laporan ”Bencana yang Diundang” seri pertama dari Koalisi Bersihkan Indonesia yang diluncurkan. Laporan tersebut menyoroti bagaimana potret awal investasi ekstraktif energi kotor dan keselamatan rakyat di kawasan risiko bencana Indonesia.

Editor:
Ichwan Susanto
Bagikan