logo Kompas.id
β€Ί
Ilmu Pengetahuan & Teknologiβ€ΊMigrasi Manusia Membawa...
Iklan

Migrasi Manusia Membawa Beragam Penyakit Tua ke Indonesia

Laporan mengenai studi epidemiologi penyakit masa lampau atau paleoepidemiologi di Indonesia sangat sedikit. Padahal, data dari masa lalu ini sangat penting untuk memahami risiko penyakit pada masa depan.

Oleh
Ahmad Arif
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/GXkGzWYLSl6OZfh4p8PSyr05yXc=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F05%2F3b7e4bbb-2a0c-448b-a457-7792035e0828_jpg.jpg
Kompas/Hendra A Setyawan

Suwarti (49) diamputasi kedua kakinya karena penyakit kusta sejak remaja. Kaki palsunya mulai rusak dan tak bisa dipakai sejak dua bulan terakhir. Ia terpaksa pinjam kaki palsu tetangga untuk bepergian. Saat ini, ia harus bekerja ekstra menghidupi keluarga karena suaminya tidak bisa bekerja lagi karena sakit gula.

JAKARTA, KOMPAS β€” Migrasi leluhur yang memicu pembauran genetik sejak masa prasejarah telah membawa penyebaran penyakit, dan sebagian di antaranya berupa penyakit yang diturunkan. Ekstrapolasi data arkeologi dengan data epidemiologi, genetik, dan molekular mengenai penyakit lama di Indonesia menjadi kunci untuk memahami penyebaran penyakit saat ini dan risiko masa depan, khususnya penyakit terkait dengan genetik dan metabolik.

Kaitan di antara penyakit sejak zaman prasejarah ini didiskusikan dalam simposium hari pertama Borobudur Writers & Cultural Festival (BWCF) ke-9, yang diselenggarakan secara daring pada Kamis (19/11/2020). Tampil sebagai pembicara ahli biologi molekuler dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana, Ferry Fredy Karwur; arkeolog Universitas Indonesia, Karina Arifin; dan dua arkeolog dari Balai Arkeologi Yogyakarta, Prof Harry Widianto dan Sofwan Noerwidi.

Editor:
Aloysius Budi Kurniawan
Bagikan