logo Kompas.id
β€Ί
Ilmu Pengetahuan & Teknologiβ€ΊAtmosfer Investasi Energi...
Iklan

Atmosfer Investasi Energi Terbarukan Belum Baik

Cadangan bahan bakar batubara semakin terbatas, transformasi menuju energi terbarukan menjadi pilihan. Pemerintah harus menciptakan regulasi yang berpihak pada energi terbarukan agar investor tertarik mengembangkannya.

Oleh
ICHWAN SUSANTO
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/UabMZQyW47RKolaowes9o8F4zag=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F01%2Ff688ec72-3503-4a59-9364-83846ce81cae_jpeg.jpg
KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA

Anggota rombongan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berfoto dengan latar belakang panel surya pada Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Sengkol, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Kamis (29/8/2019). Penggunaan PLTS merupakan bentuk komitmen pemerintah dalam mendorong pemanfaatan energi terbarukan untuk pembangkit listrik.

JAKARTA, KOMPAS β€” Atmosfer bagi investor untuk mengembangkan energi terbarukan di Indonesia belum menarik. Masih dijejalinya kebutuhan energi di Tanah Air dengan pembangkit listrik tenaga fosil batubara bersubsidi serta pengaturan tarif listrik energi terbarukan dan risiko tinggi investasi belum bisa menarik bagi pebisnis.

Pemerintah bisa memperbaiki kondisi ini dengan menciptakan regulasi yang berpihak pada energi terbarukan serta meningkatkan keamanan finansial dan kematangan sistem bagi PLN sebagai penguasa satu-satunya energi listrik di Indonesia. Di sisi lain, terdapat pilihan tak populis berupa penghimpunan dukungan dana dari para pelanggan PLN untuk pembiayaan energi terbarukan, tetapi hal ini bisa berdampak pada kenaikan tarif listrik.

Editor:
yovitaarika
Bagikan