logo Kompas.id
β€Ί
Ilmu Pengetahuan & Teknologiβ€Ί15 Persen Anak NTT Berisiko...
Iklan

15 Persen Anak NTT Berisiko dalam Tumbuh Kembang

Sebanyak 15 persen anak usia pra-sekolah 3-5 tahun berisiko dalam tumbuh kembang, karena asupan gizi yang terus menurun.

Oleh
Kornelis Kewa Ama
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/w89f0pLX-2fQbcZLikkq4obM3lE=/1024x767/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2017%2F11%2F20171111korb-anak-kalbe.jpeg.jpg
Kompas/Kornelis Kewa Ama

Tim dokter spesialis anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia Jawa Timur dan IDAI Nusa Tenggara Timur, dokter sepsialis anak dari Universitas Airlangga dan Universitas Nusa Cendana, Kupang, mempresentasikan hasil penelitian tentang kondisi kesehatan ibu hamil, bayi, dan anak prasekolah di NTT, Sabtu (11/11) malam.

KUPANG, KOMPAS β€” Sebanyak 15 persen anak usia prasekolah 3-5 tahun berisiko dalam tumbuh kembang. Kondisi ini terjadi karena asupan gizi yang terus menurun ketika mereka memasuki usia tersebut. Jika tidak segera ditangani, melahirkan kasus stunting (pendek), gizi buruk, atau kasus lain yang lebih buruk pada anak. Sementara kesehatan anak usia bayi 6-9 bulan dan ibu hamil 3-6 bulan relatif normal. Mereka ini adalah penerus pembangunan di daerah itu.

Hal itu dipaparkan dr Ahmad Suryawan, koordinator penelitian tentang kesehatan ibu hamil, bayi, dan anak prasekolah. Penelitian itu adalah hasil kerja sama antara Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jawa Timur dan IDAI Nusa Tenggara Timur (NTT), tim dokter spesialis anak Universitas Airlangga, dan Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana, Kupang, Sabtu (11/11) malam, di Kupang, NTT. Menurut Ahmad, persoalan kesehatan di NTT cukup serius jika tidak ditangani sejak dini.

Editor:
Bagikan