logo Kompas.id
HumanioraMembangun ”Museum Hidup” yang ...
Iklan

Membangun ”Museum Hidup” yang Menghidupi

Pembangunan museum KCBN Muarajambi mencapai 50 persen. Museum ini menjadi laboratorium terbuka beragam ilmu pengetahuan.

Oleh
TATANG MULYANA SINAGA, ABDULLAH FIKRI ASHRI
· 4 menit baca
Pekerja menyelesaikan pembangunan museum di Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, Sabtu (21/9/2024). Pembangunan museum ini telah mencapai 50 persen dan ditargetkan rampung pada Desember 2024.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Pekerja menyelesaikan pembangunan museum di Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, Sabtu (21/9/2024). Pembangunan museum ini telah mencapai 50 persen dan ditargetkan rampung pada Desember 2024.

Tidak lama lagi, museum di Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi akan berdiri. Dengan mengusung konsep ”museum hidup”, museum itu diharapkan tak cuma menyimpan temuan-temuan arkeologis, tetapi mewadahi beragam ilmu pengetahuan serta mampu menghidupi warga sekitarnya dengan memanfaatkan dan mengembangkan kekayaan budaya.

Pada awal Juni 2024, pembangunan museum di Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi diawali dengan tradisi Tegak Tiang Tuo. Balok kayu bulian (ulin) sepanjang 4 meter ditegakkan sebagai tiang pancang. Berbagai ritual dan musik tradisional mengiringi prosesnya.

Sekitar 3,5 bulan berselang, belasan bangunan telah berdiri di total lahan seluas 27 hektar itu. Atap beberapa gedung sudah terpasang. Ekskavator lalu lalang memadatkan akses jalan di kawasan yang ditumbuhi pepohonan tersebut.

Kompas
Tegak Tiang Tuo Prosesi peletakan tiang pertama Museum KCBN Muarajambi di desa Danau Lamo, Kecamatan Maro Sebo, Muaro Jambi, Jambi.

Dengan mengenakan helm berwarna putih, Yori Antar, penasihat arsitektur pembangunan museum itu, masuk ke beberapa gedung yang sedang dibangun, Sabtu siang (21/9/2024). Sambil berjalan kaki, tangannya meraba dinding luar yang sudah dipasang terakota.

”Museum ini akan menjadi museum hidup. Muarajambi ibarat harta karun bagi temuan arkeologis yang menyimpan kekayaan pengetahuan. Jadi, penemuan dan pemanfaatannya akan terus berkembang,” ujarnya.

Menurut Yori, museum itu sangat memungkinkan menjadi laboratorium terbuka bagi penelitian banyak ilmu pengetahuan. Tidak cuma di bidang arkeologi, tetapi juga arsitektur, budaya, antropologi, dan botani.

Yori Antar, penasihat arsitektur pembangunan museum di Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, meninjau progres pembangunan museum, Sabtu (21/9/2024).
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Yori Antar, penasihat arsitektur pembangunan museum di Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, meninjau progres pembangunan museum, Sabtu (21/9/2024).

”Yang ingin diangkat itu adalah identitas Muarajambi sebagai pusat pendidikan. Dulu, orang-orang dari luar belajar ke sini. Kita pernah jadi bangsa yang menginspirasi, bukan bermental follower. Kebanggaan itu mesti dibangkitkan lagi,” jelasnya.

Siang itu, di bawah terik yang menyengat kulit, sejumlah pekerja sedang memasang rangka kolom struktur bangunan Gedung O. Bangunan dua lantai itu berbentuk melingkar. Di bagian tengahnya ditanam pohon bodhi setinggi lebih dari 4 meter.

Dalam sejarah Buddha, Siddharta Gautama mencapai pencerahan saat bermeditasi di bawah pohon bodhi. Pohon itu bakal menjadi salah satu landmark menarik di dalam museum tersebut.

Baca juga: Iringan Tradisi Melestarikan Muarajambi

”Pekan ini, perkembangan pembangunan museum sudah 50 persen,” kata Ragil Feri, Coordinator Team Leader PT Ciriajasa Cipta Mandiri. PT CCM menjadi konsultan manajemen dalam pembangunan museum KCBN Muarajambi. Adapun konstruksinya dikerjakan PT PP (Persero) Tbk.

Pekerja menyelesaikan pembangunan Gedung O di museum Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, Sabtu (21/9/2024).
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Pekerja menyelesaikan pembangunan Gedung O di museum Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, Sabtu (21/9/2024).

Pembangunan museum itu bagian dari proyek revitalisasi KCBN Muarajambi yang digelar pada 2022 dan tahun ini. Revitalisasi tersebut diinisiasi Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Iklan

Museum itu sangat memungkinkan menjadi laboratorium terbuka bagi penelitian banyak ilmu pengetahuan. Tidak cuma bidang arkeologi, tetapi juga arsitektur, budaya, antropologi, dan botani.

Ragil yakin pembangunan museum yang dimulai awal Juni lalu itu bisa tuntas sesuai masa kontrak pada Desember 2024. Ia menuturkan, saat ini, pembangunan memasuki masa sibuk atau peak hours. Pembagian waktu pekerja pun bertambah dari biasanya dua menjadi tiga sif. Total pekerja mencapai 400 orang.

Empat zona

Di tengah penyelesaian bangunan, tata letak museum mulai dirancang. Aprina Murwanti, tenaga ahli tata pamer museum KCBN Muarajambi, mengatakan, museum bakal dibagi dalam empat zona. Penempatan zona tersebut sesuai dengan fungsinya.

Pertama, Zona Mahavira dengan kehadiran patung Prajnaparamita yang dikenal sebagai dewi pengetahuan dan bijaksana dalam Buddha. ”Di sini, kita punya space (ruang) untuk sedikit berziarah dan tribute to (penghargaan) agama Buddha yang ada di sini,” ungkap Aprina.

Baca juga: Memburu ”Harta Karun” Peradaban Muarajambi Menuju Warisan Dunia

Lanskap pembangunan museum di Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, Sabtu (21/9/2024).
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Lanskap pembangunan museum di Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, Sabtu (21/9/2024).

Zona selanjutnya adalah Pancavidya, yang menceritakan bagaimana Muarajambi menjadi pusat pendidikan Buddha terbesar di Asia Tenggara berabad-abad silam. Keberadaan candi di sana menjadi bukti kehadiran padepokan di masa lampau itu. Zona ini memuat naskah hingga arca.

Zona ketiga disebut Pradita. Di sini, pengunjung dapat menyaksikan produk kerajinan masyarakat Muarajambi, mulai dari perhiasan, anyaman, hingga batik. ”Jadi, kalau desainer yang ingin lihat peninggalan perhiasan, sejarah terakota, bisa langsung ke zona ini,” ujarnya.

Terakhir, Zona Santirupa yang lebih banyak mengisahkan tentang vegetasi dan alam setempat. Di zona ini juga terdapat bagian Ananda, yakni tempat khusus anak dan keluarga. Di sana, anak-anak bisa menonton film, menari, dan bermain gim tentang Muarajambi.

Pekerja menyelesaikan pembangunan museum di Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, Sabtu (21/9/2024).
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO

Pekerja menyelesaikan pembangunan museum di Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, Sabtu (21/9/2024).

”Kami ingin membuat pengunjung memiliki pengalaman belajar, menikmatinya, dan merasakan spiritualitasnya. Ini yang membedakannya dengan museum di barat. Di sana, kurang memperhatikan pengetahuan lokal, sedangkan di sini, itu yang utama,” ungkap Aprina.

Ia mencontohkan, anyaman lapik bayi khas Muarajambi memiliki makna tentang pentingnya alam. Ada juga tradisi lubuk larangan, kawasan di sepanjang aliran sungai atau kolam yang telah disepakati secara adat untuk tidak diambil ikannya dalam jangka waktu tertentu.

”Itu semua kami dapatkan dari warga dan tokoh-tokoh lokal yang selama ini tidak dikutip di buku-buku barat. (Pendapat) itu kami masukkan ke museum. Inilah dekolonisasi (museum) itu. Mereka menganggapnya tidak ilmiah karena pengetahuan itu diturunkan secara lisan bukan tulisan. Nah, lewat museum ini kami menunjukkan berbagai pengetahuan (lokal) itu,” ujarnya.

Baca juga : Memungut Kepingan Sejarah dalam Pemugaran Cagar Budaya

Kaum perempuan di desa Danau Lamo, Kecamatan Maro Sebo, Muaro Jambi, menganyam tikar pandan, Selasa (7/5/2024). Danau Lamo merupakan salah satu desa penyangga KCBN Muarajambi.
KOMPAS/EDDY HASBY

Kaum perempuan di desa Danau Lamo, Kecamatan Maro Sebo, Muaro Jambi, menganyam tikar pandan, Selasa (7/5/2024). Danau Lamo merupakan salah satu desa penyangga KCBN Muarajambi.

Meskipun kelak memiliki ruang animasi dan teknologi imersif seperti museum lainnya, ia memastikan museum di KCBN Muarajambi membahas tentang pengetahuan lokal. Bahkan, pihaknya menyiapkan ruang residensi di kawasan museum. Harapannya, penulis, pemikir, perupa, dan pegiat yoga bisa ”menenggelamkan” dirinya di sini.

”Kami ingin yang masuk museum ini lebih mengenali dirinya sendiri. Pengunjung masuk merasakan tenang, keheningan, dan punya jeda dengan yang mereka hadapi. Hening itu privilege (hak istimewa). Dari sana, kita lebih mengenal diri sendiri,” ujarnya.

Editor:
ICHWAN SUSANTO
Bagikan