Belum Ada Upaya Konkret Pengembangan Iptek dari Ketiga Capres
Ketiga kandidat dinilai masih memberikan kesan normatif dan belum menegaskan upaya konkret dalam pengembangan iptek.
JAKARTA, KOMPAS — Ketiga calon presiden menekankan pentingnya penguasaan teknologi dengan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di Indonesia. Namun, ketiga kandidat dinilai memberi kesan normatif dan belum menegaskan upaya konkret dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi atau iptek.
Debat kelima calon presiden diselenggarakan di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Minggu (4/2/2024) malam. Debat terakhir ini membahas tema seputar kesejahteraan sosial, kebudayaan, pendidikan, teknologi informasi, kesehatan, ketenagakerjaan, sumber daya manusia, dan inklusi.
Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Daniel Murdiyarso menyampaikan, tidak ada satu pun kandidat memberi penekanan yang kuat dan konkret tentang pengembangan iptek. Hal ini sudah dapat diduga karena iptek dianggap bukan sebagai isu populis.
”Angka-angka yang disampaikan (dalam debat) sekadar statistik untuk memberi kesan normatif. Namun, mereka sama sekali tidak menyampaikan pesan darurat ketertinggalan iptek dan keterpurukan Indonesia di bidang ini,” ujarnya, Senin (5/2/2024).
Daniel menyoroti sejumlah pernyataan ketiga capres terkait penguatan teknologi informasi dalam debat ini. Pernyataan capres nomor urut 2, Prabowo Subianto, tentang pengiriman mahasiswa ke luar negeri terkesan hanya mengatasi gejala tanpa memahami akar permasalahan yang mendasar terkait pemajuan iptek.
Kemudian, pernyataan capres nomor urut 1, Anies Baswedan, tentang rencana mendatangkan pakar ke Indonesia untuk alih teknologi dipandang sebagai solusi yang terburu-buru. Padahal, Anies sudah pernah terjun merasakan dan melihat persoalan tersebut.
Selain itu, Daniel kurang sependapat dengan pernyataan capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo, tentang pembangun pabrik di dalam negerisebagai upaya transfer teknologi. ”Agak naif ketika capres nomor urut 3 memandang peranan iptek seperti mencetak tukang di assembly lines (jalur perakitan),” tuturnya.
Angka-angka yang disampaikan (dalam debat) sekadar statistik untuk memberi kesan normatif. Mereka tak menyampaikan pesan darurat ketertinggalan iptek dan keterpurukan Indonesia di bidang ini.
Daniel menegaskan, AIPI dan kalangan akademisi umumnya berharap setiap kandidat mengemukakan strategi dan kebijakan untuk meningkatkan dana riset secara signifikan. Hal ini amat penting karena pendanaan riset di Indonesia hanya 0,25 persen dari produk domestik bruto (PDB). Adapun PDB Indonesia 2022 sekitar Rp 19.588 triliun.
Baca juga: Menyelami Visi Iptek Capres
Setiap kandidat seharusnya menunjukkan keberpihakan pada pengembangan iptek dengan mengalokasikan dana riset dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sektor pendidikan yang mencapai 20 persen atau hampir Rp 700 triliun.
Di sisi lain, perlu memastikan pengembangan iptek bersifat aplikatif, eksploratif, dan strategis mendasar serta jangka panjang.
Sebelumnya, Ketua Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) yang juga Guru Besar Ilmu Bedah Anak Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Gunadi menyebut, bidang riset dan inovasi tidak populer di mata capres-cawapres. Mereka yang ada di sektor ini umumnya kelas menengah atas yang jumlahnya sedikit.
Selain itu, Gunadi menyoroti kecilnya anggaran riset dalam APBN ataupun persentasenya terhadap pendapatan domestik bruto menunjukkan rendahnya perhatian pemimpin negara terhadap riset dan inovasi (Kompas.id, 15/1/2024).
Pernyataan capres
Pernyataan capres terkait dengan pentingnya penguasaan teknologi banyak disampaikan saat menjawab pertanyaan moderator mengenai langkah strategis setiap kandidat dalam membangun kedaulatan manufaktur telekomunikasi dan teknologi informasi.
Menjawab pertanyaan moderator, Anies Baswedan mengatakan ingin membangun industri manufaktur teknologi informasi, seperti telepon seluler atau ponsel dengan cara pairing. Ia ingin meningkatkan kualitas manusiadan mendatangkan pakar untuk bisa alih teknologi bersama-sama.
Baca juga: Visi-Misi Capres-Cawapres: Pemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Lemah
Saat menyampaikan visi-misinya, Prabowo Subianto menyebut akan mengirimkan lebih banyak siswa ke luar negeri dengan meningkatkan program beasiswa. ”Kita ingin lebih banyak yang belajar di luar negeri. Kita rebut teknologinya dan ilmu pengetahuannya,” tuturnya.
Sementara Ganjar Pranowo menyatakan, upaya transfer teknologi dapat dilakukan dengan membangun pabrik di dalam negeri. ”Upaya ini pernah dilakukan di India sehingga terjadi transformasi pengetahuan dan teknologi. Kita juga dapat nilai tambah dan mencapai kemandirian agar tak tergantung (dengan pihak lain),” ujarnya.