logo Kompas.id
HumanioraPengelolaan Sampah Sporadis,...
Iklan

Pengelolaan Sampah Sporadis, Presiden Mendatang Diharapkan Lebih Peduli

Terbakarnya puluhan tempat pembuangan akhir sampah dalam beberapa bulan terakhir menggambarkan potret buruk pengelolaan sampah di Tanah Air.

Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
· 4 menit baca
Petugas Manggala Agni memadamkan sumber api baru dengan sepatunya karena suplai air yang belum datang di gunung sampah yang terbakar di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Rawa Kucing, kelurahan Kedaung Wetan, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang, Banten, Senin (23/10/2023).
KOMPAS/PRIYOMBODO (PRI)

Petugas Manggala Agni memadamkan sumber api baru dengan sepatunya karena suplai air yang belum datang di gunung sampah yang terbakar di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Rawa Kucing, kelurahan Kedaung Wetan, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang, Banten, Senin (23/10/2023).

JAKARTA, KOMPAS – Pengelolaan sampah di Indonesia masih sporadis. Alhasil, berbagai upaya untuk mengatasi masalah sampah tidak efektif. Presiden dan wakil presiden mendatang diharapkan lebih peduli terhadap isu ini.

Banyaknya tempat pembuangan akhir (TPA) yang terbakar sepanjang tahun ini menjadi potret buram pengelolaan sampah di Tanah Air. Aliansi Zero Waste Indonesia mencatat 38 TPA terbakar sepanjang Juni-Oktober 2023.

Hal tersebut membuat sejumlah TPA di beberapa daerah sempat ditutup. Imbasnya, sampah menumpuk di tempat pembuangan sementara (TPS). Sebagian bahkan dibuang di sungai sehingga mencemari lingkungan.

Ketua Dewan Pembina Indonesian Solid Waste Association (InsWA) Sri Bebassari mengatakan, upaya pengelolaan sampah telah dilakukan berbagai pihak, seperti pemerintah, swasta, dan masyarakat. Namun, upaya itu belum terintegrasi sehingga dampaknya tidak optimal.

Suasana diskusi ‘1,2,3, Siapa Peduli Sampah?’ yang digelar Forum Peduli Sampah Seluruh Indonesia (Forpasi) dan gerakan Bijak Memilih, di Jakarta, Jumat (22/12/2023).
KOMPAS/TATANG MULYANA SINAGA

Suasana diskusi ‘1,2,3, Siapa Peduli Sampah?’ yang digelar Forum Peduli Sampah Seluruh Indonesia (Forpasi) dan gerakan Bijak Memilih, di Jakarta, Jumat (22/12/2023).

”Kegiatan yang ada masih sporadis. Khususnya di masyarakat, upayanya lebih kepada berbasis kesukarelawanan dan hobi. Jadi, belum tersistem sehingga tidak begitu efektif,” ujarnya dalam diskusi ‘1,2,3, Siapa Peduli Sampah?’ yang digelar Forum Peduli Sampah Seluruh Indonesia (Forpasi) dan gerakan Bijak Memilih, di Jakarta, Jumat (22/12/2023).

Sri mengatakan, pengelolaan sampah bukan sekadar membuat bank sampah yang sering sekali diekspose. Namun, hal ini memerlukan upaya dari hulu ke hilir, mulai dari pengumpulan sampah, pengangkutan, pembuangan, hingga pengolahan.

Baca Juga: Darurat Pengelolaan Sampah di Indonesia

Akan tetapi, berbagai upaya mengatasi masalah sampah masih tersegmentasi dengan fokus pada satu tahapan tertentu. Padahal, setiap tahapannya saling berkaitan sehingga harus diintegrasikan.

”Ini PR (pekerjaan rumah) kita bersama. Bagaimana gerakan-gerakan ini dijahit menjadi satu sistem. Tanpa sistem yang jelas dari pemerintah pusat, hal seperti ini dampaknya tidak akan terlalu signifikan,” katanya.

Tong sampah milik warga di RW 08 Perumahan Bumi Pesanggrahan Mas, Kelurahan Petukangan Selatan, Jakarta Selatan, Sabtu (13/2/2021). Warga kini didorong memilah sampah dalam delapan golongan. Salah satunya golongan sampah residu seperti masker, tisu, popok, dan puntung rokok.
BUDI SUWARNA

Tong sampah milik warga di RW 08 Perumahan Bumi Pesanggrahan Mas, Kelurahan Petukangan Selatan, Jakarta Selatan, Sabtu (13/2/2021). Warga kini didorong memilah sampah dalam delapan golongan. Salah satunya golongan sampah residu seperti masker, tisu, popok, dan puntung rokok.

Sri menuturkan, pengelolaan sampah perlu memenuhi lima aspek, yaitu peraturan, kelembagaan, pendanaan, teknologi, dan sosial budaya. Upayanya bukan cuma jangka pendek, tetapi juga jangka menengah dan panjang, salah satunya, dalam membiasakan warga untuk memilah sampah di rumah.

”Sebelum bicara ekonomi sirkular, harus stabil dulu dalam tahapan pengumpulan, pengangkutan, dan pengolahan sampah. Kalau ke luar negeri mendatangi negara yang bersih, jangan lihat kondisinya hari ini. Lihat sejarah bagaimana mereka butuh waktu puluhan hingga ratusan tahun untuk sampai seperti itu,” jelasnya.

Sri menambahkan, masih terdapat salah kaprah pemahaman dengan menganggap sampah membawa berkah. Menurut dia, sampah merupakan tanggung jawab bagi setiap orang yang menghasilkannya.

Iklan

”Kebersihan itu investasi. Dengan lingkungan bersih, banyak orang datang dan itu memberikan manfaat ekonomi bagi orang-orang di sekitarnya,” ucapnya.

Kebersihan itu investasi. Dengan lingkungan bersih, banyak orang datang dan itu memberikan manfaat ekonomi bagi orang-orang di sekitarnya.

Pendiri Forpasi Hadohoan Satyalen Simaremare mengatakan, keberpihakan politik dalam mengatasi masalah sampah di Indonesia masih minim. Dari sisi anggaran, misalnya, pendanaan pengelolaan sampah jauh lebih kecil dibandingkan persoalan mendasar lainnya seperti pendidikan dan kesehatan.

Padahal, masalah sampah di Tanah Air ibarat puncak gunung es. Artinya, persoalan yang muncul hanya sebagian kecil dari masalah sesungguhnya yang ditimbulkan.

”Kebakaran 38 TPA dalam beberapa bulan terakhir adalah bukti kekasaran umat manusia pada lingkungan. Semuanya akan kembali ke kita melalui udara yang kita hirup, air yang kita minum, dan sumber daya yang kita makan,” ujarnya.

Momentum pemilu

Pemilihan Presiden 2024 bisa menjadi momentum agar isu pengelolaan sampah lebih dipedulikan oleh presiden dan wakil presiden mendatang. Selain itu, meningkatkan kesadaran publik untuk mengurangi produksi sampah dan ikut terlibat dalam mengatasinya, salah satunya dengan memilah sampah.

Ketiga calon presiden mengangkat tangan bersama usai mengikuti debat yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) di kantor KPU, Jakarta, Selasa (12/12/2023).
KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN

Ketiga calon presiden mengangkat tangan bersama usai mengikuti debat yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) di kantor KPU, Jakarta, Selasa (12/12/2023).

”Siapa pun yang terpilih, semoga isu ini dijadikan prioritas oleh pemimpin mendatang. Dengan begitu, harapan kita untuk mencapai kesehatan publik dan memitigasi krisis iklim bisa tercapai,” katanya.

Menurut Hadohoan, persoalan sampah di Indonesia memerlukan status kedaruratan agar berbagai sumber daya dapat digerakkan untuk mengatasinya. Selain itu, pihaknya mengusulkan pembentukan badan penanggulangan sampah untuk mengintegrasikan penanganan sampah dari berbagai sektor.

Baca Juga : Menuju Pengelolaan Sampah yang Lebih Baik

Fazlur Rahman, perwakilan tim substansi pasangan calon presiden dan wakil presiden Anies Rasyid Baswedan-Muhaimin Iskandar, mengatakan, pihaknya menaruh perhatian besar pada isu sampah, baik di perkotaan maupun di perdesaan. Ia menyampaikan, saat menjadi gubernur DKI Jakarta, Anies telah menggencarkan gerakan memilah sampah hingga tingkat RT/RW.

https://cdn-assetd.kompas.id/4Xa1iKQOLf9hxDdtaCEZ6wNWx0o=/1024x682/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F12%2F19%2Fed3f36ab-ff3e-4313-bccc-6cf486620f07_jpg.jpg

Petugas Badan Air Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta membersihkan sampah di Waduk Pluit, Jakarta Utara, yang sebagian telah selesai dikeruk lumpurnya, Kamis (7/12/2023). Pembersihan waduk dilakukan secara teratur untuk menjaga kebersihan dan kedalaman waduk yang juga berfungsi sebagai pengendali banjir itu.

”Masalah sampah jelas akan menjadi prioritas kami. Terkait diksi kedaruratan, tentu tidak pantas jika saya yang menjawabnya. Urgensi ini harus ditopang hal-hal konkret,” ujarnya.

Perwakilan Tim Pemenangan Nasional Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Gembong Primadjaja, menuturkan, saat menjadi Gubernur Jawa Tengah, Ganjar memiliki berbagai program dalam mengatasi masalah sampah, mulai dari penjemputan sampah hingga pengolahannya. Pihaknya menganggap hal itu sebagai isu penting karena turut memengaruhi kesehatan warga, termasuk stunting atau tengkes.

”Bagian yang paling sulit dari pengelolaan sampah adalah mengedukasi publik. Pengelolaan sampah yang baik merupakan investasi masa depan,” katanya.

Editor:
ADHITYA RAMADHAN
Bagikan