Krisis Iklim
Krisis Iklim, Krisis Kesehatan Kita
Meningkatnya suhu akibat krisis iklim telah memperluas penyebaran penyakit menular, menyebabkan lebih banyak kematian, dan mendorong kerawanan pangan.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F08%2F21%2F36d80d79-ec6e-4ba0-ac49-129b2aba3c74_jpg.jpg)
Petugas melakukan fogging atau pengasapan di kompleks perumahan di Nusa Loka BSD, Lengkong Gudang Timur, Serpong, Tangerang Selatan, Senin (21/8/2023). Fogging dilakukan untuk mencegah meluasnya demam berdarah dengue (DBD) yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Kesehatan untuk pertama kali menjadi agenda pertemuan puncak iklim tahunan Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam COP28. Ini merupakan progres baik, tetapi waktu semakin sempit karena kini krisis iklim telah menjadi krisis kesehatan dengan meningkatnya suhu yang memperluas penyebaran penyakit menular, merenggut lebih banyak nyawa, dan mendorong kerawanan pangan.
Kepresidenan COP28 Uni Emirat Arab (UEA) bekerja sama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menginisiasi Hari Kesehatan dalam Konferensi Iklim PBB COP28 yang berlangsung di Dubai dari tanggal 30 November hingga 12 Desember 2023. Lebih dari 120 negara menandatangani Deklarasi UEA tentang Iklim dan Kesehatan, Minggu (3/12/2023).
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 8 dengan judul "Krisis Iklim, Krisis Kesehatan Kita".
Baca Epaper Kompas