logo Kompas.id
›
Humaniora›Pangan Instan Menggerus Pangan...
Iklan

Kemandirian Pangan

Pangan Instan Menggerus Pangan Lokal

Indonesia menjadi salah satu negara dengan tingkat biodiversitas terbesar di dunia. Menurut Badan Pangan Nasional (NFA), ada sekitar 945 potensi keanekaragaman hayati pangan yang tersebar di seluruh Nusantara.

Oleh
YOESEP BUDIANTO
· 1 menit baca
Proses pengolahan tepung dari pohon gewang di Pasar Betun, Desa Wehali, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (14/10/2023). Tepung gewang merupakan salah satu pangan lokal masyarakat suku Timor. Dalam bahasa Dawan disebut <i>puta</i>, sedangkan dalam bahasa Tetun dinamakan <i>akabilan</i>.
FRANSISKUS PATI HERIN

Proses pengolahan tepung dari pohon gewang di Pasar Betun, Desa Wehali, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (14/10/2023). Tepung gewang merupakan salah satu pangan lokal masyarakat suku Timor. Dalam bahasa Dawan disebut puta, sedangkan dalam bahasa Tetun dinamakan akabilan.

Dalam 30 tahun terakhir, keberagaman konsumsi pangan masyarakat di kepulauan kecil makin berkurang. Salah satu penyebabnya adalah penetrasi produk instan dan varietas padi hibrida yang menggantikan padi lokal.

Indonesia menjadi salah satu negara dengan tingkat biodiversitas terbesar di dunia. Tak heran keberagaman pangan juga sangat melimpah. Berdasarkan data Badan Pangan Nasional (NFA), ada sekitar 945 potensi keanekaragaman hayati pangan secara nasional, paling banyak jenis buah-buahan (389 jenis).

Editor:
BUDIAWAN SIDIK ARIFIANTO
Bagikan

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 2 dengan judul "Pangan Instan Menggerus Pangan Lokal".

Baca Epaper Kompas
Terjadi galat saat memproses permintaan.
Memuat data...
Memuat data...