SENI
Batas Tipis Seni dan Sains dalam Diri Prof Koentjaraningrat
Bapak Antropologi Indonesia, Koentjaraningrat, menunjukkan bahwa sains dan seni tidak selalu berseberangan melalui karya-karyanya, baik yang berupa ilmu antropologi maupun lukisan.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F06%2F08%2Fa3ab6d01-817a-4b2f-a505-ee20f5607fd5_jpg.jpg)
Suasana pembukaan pameran budaya dan seni "Peringatan 100 Tahun Koentjaraningrat" di Bentara Budaya, Jakarta, Kamis (8/6/2023) malam.
Seni dan sains kerap dianggap dua kutub berbeda. Sudah beda sekolahnya, beda pula pendekatannya dalam berkarya. Sains harus ilmiah, sementara seni membebaskan perupanya berekspresi. Di tengah kontras seni dan sains, ada Koentjaraningrat yang menembus batas keduanya.
Ada pertanyaan menggelitik saat pegiat antropologi di Indonesia merayakan 100 tahun Profesor Koentjaraningrat bulan ini: beliau itu antropolog atau pelukis? Pertanyaan ini muncul lantaran salah satu agenda perayaan adalah pameran 60 lukisan karya Koentjaraningrat. Pameran bertajuk ”Peringatan 100 Tahun Koentjaraningrat” berlangsung di Bentara Budaya Jakarta pada 8-15 Juni 2023.