logo Kompas.id
Humaniora”Cancel Culture”
Iklan

”Cancel Culture”

Di dunia yang terkoneksi oleh teknologi, kita perlu belajar lagi untuk berempati terhadap sesama dan menemukan cara untuk tetap menjadi manusia yang manusiawi.

Oleh
KRISTI POERWANDARI
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/5Rg8Hy0xwSPLoBjdzbrAPgiD_3c=/1024x679/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2017%2F11%2F18%2F434214ad-09aa-42d3-80f2-ea99c573435b_jpg.jpg

Hadirnya internet memunculkan berbagai perilaku, fenonema, dan istilah baru. Ada istilah baru yang populer dan banyak dipercakapkan di kalangan anak muda, yakni cancel culture. Suatu istilah yang mungkin asing di telinga generasi yang lebih tua dan tidak terbayangkan artinya.

Secara harfiah, cancel culture mungkin dapat diterjemahkan ke bahasa Indonesia sebagai ”budaya membatalkan” meskipun arti sebenarnya lebih dalam daripada itu. Jadi, istilah ini merujuk pada perilaku di media sosial ”membatalkan”, memboikot, atau menghukum seseorang atau suatu kelompok akibat tindakan mereka yang (dianggap) salah.

Editor:
ADHITYA RAMADHAN
Bagikan