Perlindungan Anak
Panti Asuhan Kreatif di Tengah Keterbatasan
Pengelola panti asuhan menghadapi berbagai tantangan dalam menjalankan kegiatan operasional panti. Mereka harus kreatif agar kebutuhan hidup anak-anak asuh tetap terpenuhi.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F10%2F30%2F863dbbf7-e268-4156-b3a0-a8711974a7e6_jpg.jpg)
Anak-anak penghuni Panti Asuhan Kampung Melayu, Jakarta, memanfaatkan waktu libur dengan membaca buku, Minggu (30/10/2022). Panti asuhan tersebut dihuni oleh 22 anak penghuni tetap dan menanggung biaya sekolah 52 anak dari sekitar kawasan panti. Panti asuhan menjadi tempat untuk mengasah kemandirian anak-anak yatim piatu dan kaum duafa.
JAKARTA, KOMPAS — Saat ini sejumlah pengelola panti asuhan atau lembaga kesejahteraan sosial anak atau LKSA berjuang keras untuk bertahan dalam situasi keuangan yang terbatas menyusul penurunan jumlah bantuan masyarakat dan para donatur di masa pandemi Covid-19. Di sisi lain, panti asuhan dituntut pemerintah untuk meningkatkan mutu dan standar nasional pengasuhan anak.
Beberapa tahun terakhir, sejumlah panti asuhan mulai menjalankan unit usaha untuk mencukupi kebutuhan operasionalnya setiap bulan, terutama di saat donasi dari masyarakat menurun. Ada yang membuka usaha berjualan makanan dan minuman, termasuk sembako. Bahkan, beberapa panti asuhan memacu anak-anak panti asuhan untuk maju dan berprestasi di sekolah dan mengembangkan kemampuan olahraga dan seninya.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 1 dengan judul "Panti Berjuang untuk Bertahan".
Baca Epaper Kompas