logo Kompas.id
β€Ί
Humanioraβ€ΊTerapi Tuberkulosis Resisten...
Iklan

Terapi Tuberkulosis Resisten Obat Bisa Lebih Pendek

Keberhasilan terapi tuberkulosis resisten obat sangat dipengaruhi oleh durasi terapi, dosis obat, serta keparahan efek samping. Riset terbaru memperlihatkan bahwa durasi terapi TBC resisten obat bisa lebih singkat.

Oleh
ADHITYA RAMADHAN
Β· 1 menit baca
Tenaga kesehatan mewawancarai seorang warga terkait ada atau tidaknya gejala Covid-19 dan tuberkulosis dalam kegiatan penapisan tuberkulosis yang digelar tim Proyek Zero TB di Balai Desa Giri Purwo, Kabupaten Kulon Progo, Selasa (29/3/2022).
KOMPAS/EVY RACHMAWATI

Tenaga kesehatan mewawancarai seorang warga terkait ada atau tidaknya gejala Covid-19 dan tuberkulosis dalam kegiatan penapisan tuberkulosis yang digelar tim Proyek Zero TB di Balai Desa Giri Purwo, Kabupaten Kulon Progo, Selasa (29/3/2022).

JAKARTA, KOMPAS β€” Terapi untuk pasien tuberkulosis resisten obat kini dapat lebih pendek dari tata laksana yang berlaku saat ini, dengan tingkat keberhasilan yang lebih tinggi dan efek samping yang relatif lebih ringan. Hal ini dinilai dapat meningkatkan kepatuhan pasien dan keberhasilan eliminasi tuberkulosis.

Demikian hasil studi uji klinis ZeNix fase 3 yang dipublikasi di jurnal New England Journal of Medicine, 1 September 2022. Menurut studi ini, setengah dosis linezolid, obat yang dipakai dalam terapi tuberkulosis (TBC) resisten obat bersama bedakuilin dan pretomanid, memberikan kesembuhan lebih dari 90 persen pada pasien dalam 6-9 bulan dengan efek samping yang lebih sedikit dibanding jika digunakan dalam dosis penuh.

Editor:
ICHWAN SUSANTO
Bagikan