Masyarakat Tradisional
Populasi Punan Batu Menurun
Perubahan gaya hidup dan berkurangnya sumber pangan yang tersedia di hutan mengancam keberlangsungan populasi Punan Batu.

Anak-anak Punan Batu di hutan Sajau Banau, Bulungan, Kalimantan Utara, belajar membaca dan menulis, Sabtu (3/9/2022). Hingga saat ini tidak ada sekolah dan fasilitas kesehatan untuk komunitas Punan Batu.
BULUNGAN, KOMPAS — Populasi komunitas Punan Batu, pemburu peramu terakhir di Kalimantan, cenderung menurun. Perubahan gaya hidup yang tiba-tiba, termasuk di antaranya karena dipengaruhi berkurangnya sumber pangan di hutan, berkontribusi terhadap menurunnya kesehatan dan memicu tingginya kematian anak di bawah lima tahun.
Peneliti genetika populasi Mochtar Riady Institute for Nanotechnology (MRIN), Pradiptajati Kusuma, Senin (5/9/2022), mengatakan, hasil pengurutan DNA menunjukkan populasi Punan Batu yang tinggal di hutan Sajau Banau, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara, secara genetika sangat unik. ”Punan Batu memiliki leluhur yang sangat tua, dibandingkan penutur Austronesia yang membawa budaya agrikultur ke wilayah Kalimantan, termasuk ke orang Dayak. Punan Batu tidak memiliki genetika Austronesia,” katanya.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 5 dengan judul "Populasi Punan Batu Menurun".
Baca Epaper Kompas