logo Kompas.id
β€Ί
Humanioraβ€ΊTranspuan Terdiskriminasi di...
Iklan

Transpuan Terdiskriminasi di Negeri Sendiri

Transpuan sudah ada sejak dulu. Namun, hingga kini, stigmatisasi dan diskriminasi yang dialami transpuan tetap sama. Negara perlu menjamin hak-hak warga negara transpuan sehingga mereka bisa hidup lebih sejahtera.

Oleh
MUCHAMAD ZAID WAHYUDI, SEKAR GANDHAWANGI, TATANG MULYANA SINAGA, RUNIK SRI ASTUTI, SONYA HELLEN SINOMBOR
Β· 1 menit baca
Sonya menunggu jemputan yang akan mengantarkannya ke sebuah pertemuan komunitas transpuan di tempat tinggalnya di kawasan Pacar Kembang, Kecamatan Tambaksari, Surabaya, Rabu (20/7/2022). Sonya merupakan aktivis transpuan di Kota Surabaya.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Sonya menunggu jemputan yang akan mengantarkannya ke sebuah pertemuan komunitas transpuan di tempat tinggalnya di kawasan Pacar Kembang, Kecamatan Tambaksari, Surabaya, Rabu (20/7/2022). Sonya merupakan aktivis transpuan di Kota Surabaya.

JAKARTA, KOMPAS β€” Transpuan ada di sekitar kita sejak lama. Namun, dari dulu hingga sekarang, mereka jatuh bangun berjuang agar bisa diterima keluarga, masyarakat, dan lingkungannya. Kuatnya stigmatisasi membuat transpuan terdiskriminasi. Hak-hak mereka sebagai warga negara banyak dilanggar. Transpuan pun kian tersisih di negerinya sendiri.

Lenny Sugiharto (63), transpuan yang juga Ketua Yayasan Srikandi Sejati (YSS), dalam diskusi Kompas tentang transpuan di Jakarta, Kamis (14/7/2022), mengatakan, transpuan umumnya sudah terlihat sejak kecil. Gaya tampilan dan perilaku mereka terlalu feminin sehingga tidak sejalan dengan kondisi fisiknya yang cenderung seperti laki-laki.

Editor:
ADHITYA RAMADHAN
Bagikan