logo Kompas.id
β€Ί
Humanioraβ€ΊMenyelamatkan Siswa Miskin...
Iklan

Menyelamatkan Siswa Miskin dengan Menggandeng Sekolah Swasta

Daya tampung sekolah negeri yang terbatas saat pendaftaran peserta didik baru (PPDB) dikeluhkan tidak adil bagi siswa miskin. Sejumlah pemerintah daerah melakukan terobosan dengan menggandeng sekolah swasta.

Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU, CORNELIUS HELMY HERLAMBANG
Β· 1 menit baca
Siswa kelas VII SMP PGRI 4 Bandar Lampung memulai pembelajaran tatap muka, Senin (6/9/2021). Siswa yang sebagian besar anak-anak panti asuhan ini mendapatkan pendidikan gratis di SMP PGRI 4 Bandar Lampung yang masuk kategori sekolah kecil. Sekolah ini terancam tidak mendapat dana bantuan operasional sekolah karens jumlah siswa di bawah 60 orang, padahal sekolah melayani siswa miskin.
DOKUMENTASI SMP PGRI 4 BANDAR LAMPUNG

Siswa kelas VII SMP PGRI 4 Bandar Lampung memulai pembelajaran tatap muka, Senin (6/9/2021). Siswa yang sebagian besar anak-anak panti asuhan ini mendapatkan pendidikan gratis di SMP PGRI 4 Bandar Lampung yang masuk kategori sekolah kecil. Sekolah ini terancam tidak mendapat dana bantuan operasional sekolah karens jumlah siswa di bawah 60 orang, padahal sekolah melayani siswa miskin.

Akses pendidikan bagi anak-anak Indonesia terus meningkat. Namun, banyak siswa dari keluarga tak menuntaskan pendidikan di sekolah menengah atas dan sekolah menengah kejuruan sederajat karena terkendala biaya pendidikan. Daya tampung sekolah menengah atas yang didominasi swasta menjadi kendala.

Persoalan ekonomi menjadi salah satu faktor tertinggi penyebab anak tidak sekolah (ATS) di Indonesia. Berdasarkan data Susenas Badan Pusat Statistik 2020, ATS berjumlah sekitar 4,08 juta Perkiraaan ATS di kelompok umur 7-12 tahun sebanyak 180.000 orang dan di kelompok 13-15 tahun sebanyak 987.000. Terbanyak di kelompok umur 16-18 tahun sekitar 2,915 juta orang.

Editor:
EVY RACHMAWATI
Bagikan