logo Kompas.id
β€Ί
Humanioraβ€ΊBelanja Jor-Joran Alat Deteksi...
Iklan

Belanja Jor-Joran Alat Deteksi Tsunami

Belanja alat deteksi dini tsunami BPPT mencapai Rp 500 miliar. Sebagian untuk merakit buoy yang sebelumnya selalu rusak dan hilang. Ahli menilai, pengadaan buoy adalah pemborosan.

Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA/KELVIN HIANUSA/HARRY SUSILO
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/5MJ8GZP85FoPTs1M2gvYcjBRfks=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F01%2F20200128_ENGLISH-TEMATIK-ZONA-BENCANA_B_web_1580224971.jpg
KOMPAS/BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA

Rambu penanda zona rawan tsunami dipasang di Jalan Raya Tanjung Lesung, Kabupaten Pandeglang, Minggu (22/12/2019). Berada di zona rawan tsunami, rambu ini menjadi penanda agar pengendara waspada akan ancaman tsunami yang bisa datang sewaktu-waktu.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi menghabiskan Rp 500 miliar untuk pengadaan alat deteksi dini tsunami, seperti buoy dan kabel laut. Padahal, sejak 2012, tak ada lagi buoy yang tersisa karena hilang dan rusak. Pengadaan berulang alat deteksi yang sulit dirawat dinilai sebagai pemborosan.

Perekayasa Utama BPPT Udrekh mengungkapkan, sebanyak Rp 500 miliar dialokasikan BPPT untuk membuat dan menempatkan empat unit buoy tsunami serta memasang kabel laut (Cable Based Tsunameter) di sejumlah perairan di Indonesia pada 2019. Buoy ditempatkan di perairan Selat Sunda, selatan Pangandaran, selatan Jawa Timur, dan selatan Bali. Buoy itu terpasang di lautan sekitar 100-150 kilometer dari daratan.

Editor:
Harry Susilo
Bagikan