logo Kompas.id
β€Ί
Hiburanβ€ΊMemeluk Hegemoni NFT
Iklan

Memeluk Hegemoni NFT

NFT tidak ubahnya cara baru dalam berekspresi dan mengapresiasi karya seni.

Oleh
IGNATIUS NAWA TUNGGAL
Β· 1 menit baca
Karya Ariful Amir berjudul "Re-Code Batik DNA" dalam pameran seni rupa dan <i>nonfungible token </i>(NFT) bertajuk Re-Identify di Galeri Astra, Menara Astra, Jakarta, Rabu (26/7/2023). Pameran yang berlangsung pada 26-30 Juli 2023 menghadirkan beragam karya seni unik dan inovatif serta potensi dalam era seni digital.
KOMPAS/RADITYA HELABUMI (RAD)

Karya Ariful Amir berjudul "Re-Code Batik DNA" dalam pameran seni rupa dan nonfungible token (NFT) bertajuk Re-Identify di Galeri Astra, Menara Astra, Jakarta, Rabu (26/7/2023). Pameran yang berlangsung pada 26-30 Juli 2023 menghadirkan beragam karya seni unik dan inovatif serta potensi dalam era seni digital.

Nyaris semua lini kehidupan tak terhindar dari hegemoni teknologi, termasuk lini seni rupa. Para seniman atau pegiat seni mau tak mau memeluk hegemoni teknologi itu. Kini mereka, misalnya, menekuni teknologi seni digital untuk NFT.

Ketika Bentara Budaya yang bekerja sama dengan Galeri Astra membuka ruang inkubasi Lab NFT (Laboratorium Non-Fungible Token), Andre Tanama (41), akademisi Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, tertarik mengikutinya. Lab NFT diluncurkan pada 26 September 2022 di Jakarta. Programnya dikemas dalam kelas tatap muka dan daring.

Editor:
DAHONO FITRIANTO
Bagikan