PENTAS TEATER
Julini Dipuji dan Dicaci
Julini yang hidup kembali itu sebetulnya hanya berkeinginan untuk menjumpai kawan-kawan lamanya yang sudah mulai uzur. Bahkan, beberapa di antaranya sudah tiada.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F06%2F17%2F65a9f661-122c-4e4a-8562-d1e6d32bb1e5_jpg.jpg)
Pementasan ke-39 Indonesia Kita yang mengusung lakon "Julini Tak Pernah Mati" di Teater Besar, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Jumat (16/6/2023). Pementasan "Julini Tak Pernah Mati" digelar untuk mengenang pendiri Teater Koma, Nano Riantiarno, yang berpulang pada Januari 2023.
Selayaknya di panggung kehidupan nyata, bagi yang sedang dipuji setinggi langit harus juga siap-siap dicaci dan dijatuhkan hingga terbenam di palung laut terdalam. Ini pesan moral pementasan kolaborasi teater Indonesia Kita dan Teater Koma dengan lakon ”Julini Tak Pernah Mati”.
Naskah itu diadaptasi dari lakon Opera Kecoa yang dipentaskan Teater Koma pertama kali pada 1985. Salah satu tokoh utama, seorang waria bernama Julini, dikisahkan tertembak mati oleh peluru senapan aparat secara tak sengaja.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 11 dengan judul "Julini Dipuji dan Dicaci".
Baca Epaper Kompas