logo Kompas.id
›
Hiburan›Seni Rupa Kontemporer...
Iklan

Seni Rupa Kontemporer Indonesia: Masih Gerhana (Tanggapan untuk Aminudin TH Siregar, Hendro Wiyanto, dan Yuswantoro Adi)

Kadang saya bertanya-tanya seberapa penting sih pemahaman sejarah seni rupa Indonesia itu untuk para seniman Indonesia masa kini, katakanlah para seniman kontemporer.

Oleh
ASMUDJO J IRIANTO
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/vSq1w3BWTYQg5bA_RuIidM_ATZo=/1024x655/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F07%2F20210710-Ilustrasi-Sketsa9_CLR_97496699_1625908174.jpg

Bang Ucok (Aminudin TH Siregar), dan Mas Hendro (Hendro Wiyanto), juga Mas Yus (Yuswantoro) langsung saja ya, saya suka surat-surat kalian. Saya selalu kagum pada Bang Ucok dan Mas Hendro yang luas pengetahuannya mengenai sejarah seni rupa Indonesia, bahkan detail-detailnya. Saya nimbrung ikut bersurat ya. Saya mencoba menariknya pada situasi medan seni rupa Indonesia. Kadang saya bertanya-tanya seberapa penting sih pemahaman sejarah seni rupa Indonesia itu untuk para seniman Indonesia masa kini, katakanlah para seniman kontemporer. Rujukan kita, seni rupa Barat, toh berkali-kali menganulir sejarah seni rupanya. Kadang mereka juga bilang ada banyak sejarah seni rupa. Bahkan mereka juga bilang sejarah seni rupa sudah berakhir.

Segala pandangan pada sejarah seni tersebut tak lepas dari praktik seni rupa kontemporer di Barat. Mereka beruntung memiliki sejarah yang menjadi rujukan, baik untuk afirmasi maupun negasi. Itu yang tidak kita miliki sehingga kita kerap merujuk sumber sejarah seni rupa Barat untuk memahami praktik seni rupa di sini. Barangkali setelah Bang Ucok menyelesaikan buku putih sejarah seni rupa Indonesia—yang progresif itu—kita akan memiliki landasan untuk menjejaki praktik seni rupa kita hari-hari ini.

Editor:
dahonofitrianto
Bagikan