logo Kompas.id
β€Ί
Gaya Hidupβ€ΊMemori Puitik dari Asia-Afrika
Iklan

Memori Puitik dari Asia-Afrika

Memori dan luka menjadi salah satu elemen yang mengilhami 100 perupa dari Asia dan Afrika dalam Singapore Art Week.

Oleh
RINI KUSTIASIH
Β· 1 menit baca
Pengunjung menikmati pameran seni rupa bertajuk "Translations: Afro-Asians Poetics" di Gillman Barracks, salah satu kompleks seni di Singapura, Kamis (18/1/2024). Sebanyak 100 perupa dari Asia dan Afrika menampilkan karyanya dalam pameran ini.
KOMPAS/RINI KUSTIASIH

Pengunjung menikmati pameran seni rupa bertajuk "Translations: Afro-Asians Poetics" di Gillman Barracks, salah satu kompleks seni di Singapura, Kamis (18/1/2024). Sebanyak 100 perupa dari Asia dan Afrika menampilkan karyanya dalam pameran ini.

Memori dan luka menghubungkan dua benua, Asia dan Afrika. Di Singapore Art Week 2024, 100 perupa asal Asia dan Afrika mengekspresikan ingatan itu secara puitik dalam simbol-simbol dan guratan yang kaya makna.

Sosok berkulit legam dalam siluet yang juga sepenuhnya gelap duduk bersimpuh memalingkan mukanya. Sosok dalam lukisan perupa asal Singapura, Yanyun Chen, itu seolah menghindari tatapan siapa pun. Namun, dalam sosoknya yang digambarkan tanpa busana, orang melihat luka. Guratan kuning emas yang menempel di punggungnya seolah mengganggu kemulusan sosok itu, seperti cukilan kasar pada pahatan kayu.

Editor:
DWI AS SETIANINGSIH
Bagikan