Generasi Keren
Remaja Pejuang Kesetaraan Jender
Kepada orangtua, para remaja ini meyakinkan bahwa menikah di usia belia lebih banyak celakanya daripada bahagianya.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F07%2F16%2Ffa8303a1-93c0-4a06-a61c-fef3259d8547_jpg.jpg)
Para remaja di sebuah desa di Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur, latihan drama di posyandu, Rabu (1/6/2022). Mereka adalah generasi muda yang menyebarkan pentingnya terus sekolah dan jangan sampai bersedia menikah di usia dini.
Nai marah-marah lantaran anak gadisnya, Chanda, menolak ketika diminta mencuci piring dan membersihkan rumah. Chanda justru meminta ibunya agar memerintah Bento (14) untuk membersihkan rumah. Alasannya, Chanda sudah terlalu sering dimintai tolong dan seharusnya gantian dengan kakak lelakinya itu. Menurut Chanda, Nai sebagai ibu harus adil.
Nai marah-marah dan menuding Chanda telah bersikap kurang ajar terhadap seorang ibu. Lagi pula, kata Nai, seorang anak laki-laki tidak seharusnya mencuci piring ataupun membantu membersihkan rumah. Sebab, kelak, tugasnya jauh lebih berat, yakni menjaga martabat keluarga.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 6 dengan judul "Remaja Penjuang Kesetaraan Gender".
Baca Epaper Kompas