Kabar di Malam Natal
Bunyi lonceng pertama Ama Ola sudah ada di gereja. Ini malam Natal, terasa lebih lain. Ia ingat sehabis gereja, istrinya membuat kopi dan menyajikannya bersama kue cucur kesukaannya. Kantong matanya berair.
Pagi di sepanjang Desember selalu seperti perempuan dengan rambut basah selepas mandi. Aroma tanah basah, tanaman yang menggeliat tumbuh, sayup angin, cericit burung dan ayam jantan yang berkokok panjang turun dari pohon bertingkah merayu betina pujaannya membuat pagi begitu ranum. Ama Ola selalu bangun tepat pukul 03.30. Tak dilewatkannya geliat kehidupan sebelum hari menjadi benar-benar terang.
Biasanya begitu kakinya menjejak di tanah, Ama Ola mengambil napas panjang lalu bergegas ke dapur. Diambilnya dua bilah bambu. Bilah yang lebih besar diletakan dengan posisi menelungkup. Kemudian diambil lagi bilah yang kecil dengan posisi silang ia mulai menggesek tepat di tengah guratan kecil bilah pertama dengan tempo cepat. Tak lama asap mengepul dari lubang gesekan yang telah disempal dengan serbuk kayu. Segera disatukannya dengan sabut kelapa kering. Ditiupnya pelan jadi api. Asap mengepul menembusi dinding dapur membentuk gambar-gambar yang kadang dirasa mewakili gambaran pikiran dan perasaannya.