Urban
Demam Se’i di Penjuru Kota
Demam bisnis se’i sapi berbentuk waralaba telah menyebar ke Pulau Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, hingga Sulawesi. Di Jakarta dan sekitarnya, kedai se’i yang lama tetap eksis, sedangkan kedai baru makin banyak.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F08%2F48e6dbb4-3961-418b-bc2a-740899918dc3_jpg.jpg)
Se’i sapi Koka Sikka di Pasar Santa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (28/8/2021). Koka Sikka menawarkan dua varian se’i, yaitu se’i sapi dan se’i ayam, dengan tiga varian sambal, yaitu sambal lu’at, sambal matah, dan sambal caruak.
Seperti angin, se’i menyerbu ke seluruh pelosok Tanah Air tanpa terasa. Kedai-kedai makanan yang berjualan se’i seolah muncul hanya dalam satu kedipan mata. Para penikmatnya terbius dengan eksotisme rasa daging asap khas Kupang, Nusa Tenggara Timur, ini.
Demam bisnis se’i sapi berbentuk waralaba telah menyebar ke Pulau Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, hingga Sulawesi. Di Jakarta dan sekitarnya, kedai se’i yang lama tetap eksis, sedangkan kedai baru makin banyak. Kehadiran mereka melengkapi fenomena menguatnya bisnis kuliner lokal—termasuk dalam bentuk waralaba—di tengah serbuan waralaba kuliner asing.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi di halaman 7 dengan judul "Demam Se'i di Penjuru Kota".
Baca Epaper Kompas