Kabut pagi mengiringi perjalanan dua mobil saat akan menuju lorong dengankedalaman ratusan meter di bawah tanah dan bebatuan pegunungan Jayawijaya. Lubang yang berada di dinding pegunungan terjal di antara hutan lebat ini merupakan pintu masuk ke dalam area penambangan milik PT Freeport Indonesia (PTFI).
Setelah 30 tahun mengeksploitasi perak, tembaga, dan emas dengan tambang terbuka di Grasberg mereka memindahkannya ke dalam perut bumi di Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua Tengah. Sehari sebelum tur melihat aktivitas penambangan bawah tanah sejumlah persiapan dilakukan, seperti mengisi formulir rekam medis dan tes kesehatan.
Ketatnya prosedur keamanan diberlakukan menjelang masuk area tambang berupa pemutaran video keselamatan hingga penggunaan peralatan jika terjadi keadaan darurat. Setiap individu dibekali helm berpenerang, masker, dan ikat pinggang dengan gantungan kotak berisi kantong oksigen.
Pagi itu menjadi pengalaman pertama menjelajahi lorong-lorong tambang bawah tanah yang jauh ke dalam perut bumi. Manajer Perizinan dan Kapatuhan PTFI Gatot Kusbinoko mengantarkan empat teman jurnalis harian Kompas untuk melihat seluruh aktivitas penambangan, Jumat (6/9/2024).
Dua mobil berpenggerak ganda berjalan mulai memasuki gorong-gorong besar dengan sejumlah jalan percabangannya. Setelah melalui jalan gelap serta basah sepanjang tujuh kilometer tiba pada pemberhentian pertama dan disambut sejumlah pekerja.
”Kita akan naik lift ke atas yang kira-kira setinggi 400 meter,” jelas Gatot. Menurut dia, keberadaan tambang bawah tanah lebih efisien jika dibandingkan sebelumnya yang terbuka. Sementara cadangan kekayaan mineral tambang diperkirakan dapat hingga tahun 2061.
Tur berlanjut ke depo kereta listrik sebagai bagian yang penting untuk pengangkutan konsentrat. Rel kereta sepanjang 260 kilometer di bawah tanah tersebut saling terhubung dengan konektivitas kereta yang dikendalikan secara otomatis.
Hampir semua aktivitas penggalian penambangan saat ini dilakukan secara robotika yang dioperasikan jarak jauh. Otomatisasi ini membuat penambangan berjalan efisien dan mengurangi risiko kecelakaan kerja.
Pada salah satu sudut ruang yang berpendingin belasan pekerja tampak duduk mengitari meja untuk makan siang. Sebuah rutinitas yang dilalui ribuan pekerja di dalam tanah dengan lumpur, debu, dan gelap. Beratap gunung dan hutan mereka bekerja secara bergantian siang dan malam tanpa henti sesuai dengan tugasnya untuk memastikan proses produksi terus berjalan.