Perbincangan hangat antara fotografi dan artificial intelligence (AI), terutama dalam produksi citra, masih ada walaupun sudah cenderung mereda. Kehadiran image generator memang di satu sisi meresahkan sebagian para fotografer dalam arti menimbulkan beragam pertanyaan kritis, komparasi-komparasi antara fotografi dan AI.
Masalah muncul karena image generator AI memungkinkan hadirnya image yang sangat fotografis sehingga muncul rasa keterancaman. Belum lagi permasalahan originalitas dan masalah lainnya. Kehadiran image generator berbasis AI merupakan kenyataan, menjadi salah satu dari sekian banyak disrupsi. Hadapi disrupsi dengan menjadi mendisrupsi, kutipan umum yang saya ambil dari laman Kemendikbudristek. Selain tentu saja harus bisa terbuka, adaptif, dan proaktif, kita juga harus bisa berpikir kreatif dalam menemukan solusi, dan selalu siap untuk berubah dengan cepat sesuai kebutuhan nyata.
Keterbukaan kecil dalam menyikapi kemunculan AI salah satunya ditunjukkan oleh salah seorang mahasiswi tingkat akhir di Jurusan Fotografi, Fakultas Seni Media Rekam (FSMR) Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta dalam tugas akhirnya. Luna, panggilan akrab Mezaluna Khairunnisa, dalam skripsi penciptaan karya fotografi yang ia gubah menunjukkan bagaimana image generator berbasis AI disandingkan dengan fotografi sehingga dapat meningkatkan nilai jualnya.