Masa tenang Pemilu 2024 tiba. Selama 75 hari lamanya masyarakat Ibu Kota harus berdamai dengan alat peraga kampanye atau APK para peserta Pemilu 2024. Pasangan capres-cawapres hingga calon legislatif saling beradu strategi untuk memikat masyarakat dengan berbagai rupa APK yang dipasang di sudut-sudut kota. Mulai dari jalur pedestrian, pepohonan, jembatan penyeberangan orang, bahu jalan, hingga jembatan layang tidak luput menjadi sasaran tempat dipasangnya APK.
Tak ayal, berbagai APK yang terpasang di tempat-tempat yang tidak seharusnya itu merusak estetika kota, bahkan hingga mencelakakan pengguna jalan. M Salim (68) dan istrinya Oon (61) menjadi dua di antara para korban yang mengalami kecelakaan akibat semrawutnya APK yang dipasang secara sembarang.
Pasangan suami istri paruh baya tersebut terjatuh akibat bendera partai politik (parpol) di jembatan layang Kuningan, Gatot Subroto, Jakarta, pada Rabu (17/1/2024) pukul 09.45. M Salim mengalami luka di kaki, jari kaki, dan mendapat 12 jahitan di bagian pipi kanan. Sementara Oon mengalami patah tulang kering bagian kiri serta luka di bagian lutut dan jari kaki (Kompas.id, 22/1/2024).
Alat peraga kampanye semacam banner, poster, dan baliho memang masih menjadi primadona bagi para peserta Pemilu 2024 untuk mengiklankan dirinya kepada khalayak luas. Namun, penggunaan APK sekali pakai tersebut akan menjadi masalah selepas pemilu usai karena tumpukan sampah yang kian bertambah.
Pemasangan APK di berbagai sudut kota di Indonesia seolah menjadi fenomena yang tidak dapat dilepaskan dengan pemilu di Tanah Air. Walakin, terdapat pro dan kontra, APK akan selalu mewarnai pesta demokrasi 5 tahunan ini. Kini, masa tenang tiba, Jakarta kembali bernapas lega tanpa APK.