Pemilu adalah momen pesta demokrasi bagi rakyat untuk terlibat langsung memberikan hak suaranya. Pada hari itu, warga negara yang sudah memiliki hak pilih akan menggunakannya untuk menentukan pilihan pemimpin ataupun wakil rakyat yang akan bekerja dalam lima tahun ke depan.
Tempat pemungutan suara (TPS) adalah tempat pemilih yang memberikan suara dan mengisi surat suara mereka dalam pemilu. Di lokasi tempat pemungutan suara terdapat bilik suara, yakni tempat untuk memberikan suara. Di bilik suara, pemilih bisa memilih calon atau partai pilihannya secara rahasia. Surat suara yang telah diisi akan dimasukkan ke dalam kotak suara dengan disaksikan oleh para saksi.
Salah satu pekerjaan rumah bagi petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) selain melakukan sosialisasi pemilu adalah menarik minat warga dalam penyaluran suara. Dibutuhkan kreativitas untuk mewujudkan dan membangun tempat pemungutan suara menjadi menarik dan unik sehingga mampu mengundang warga mau datang dan menyalurkan hak suaranya.
Petugas KPPS membuat ide unik, yakni membuat hiasan atau hiburan dalam konsep pembuatan TPS. Hal itu bertujuan sedikit menurunkan suasana panas kampanye dan membuat kesan pemilu menjadi lebih sejuk.
Arsip foto Kompas merekam ide-ide menarik yang disalurkan KPPS dengan membuat TPS yang mengusung tema-tema seperti rumah adat, kampoeng pemilu nusantara, Piala Dunia, pesta pernikahan, penyediaan makanan hasil bumi, dan penyediaan hadiah bagi warga yang telah menggunakan hak pilihnya.
Berbagai cara juga dilakukan KPPS untuk menarik pemilih datang ke bilik suara. Mereka tak hanya berdandan ala badut dan aneh-aneh, tetapi juga memberikan hadiah dari hasil bumi. Kreativitas yang mereka lakukan menguatkan makna harapan rakyat untuk mendapatkan pemimpin yang amanah, jujur, tidak korupsi, mampu mengatasi bencana, dan menyejahterakan warga.
Di Surakarta, Jawa Tengah, panitia pemilihan wali kota-wakil wali kota di TPS 36/Nayu Timur, Kadipiro, Banjarsari, membuat suasana TPS layaknya suasana Piala Dunia dalam Pilkada 2010. Sebuah gawang mini ditempatkan di bawah papan besar bertuliskan skor 0-0 di bawah foto pasangan calon wali kota-wali kota Surakarta, Joko Widodo-FX Hadi Rudyatmo dan KP Eddy Wirabhumi-Supradi Kertamenawi.
Pemilih yang baru menggunakan hak pilihnya diberi kesempatan menendang ke arah gawang. Jika masuk, mendapat kupon hadiah yang akan diundi di sela-sela penghitungan suara. Bola-bola yang digantungkan di langit-langit menambah semarak kerja KPPS yang mengenakan kostum bola dari berbagai negara.
Suasana pemilihan yang unik bergaya Piala Dunia tersebut sengaja dirancang untuk ”membakar” gairah warga menggunakan hak pilihnya. Ketua KPPS Eddy Hendarno mengatakan, saat pemilihan presiden lalu partisipasi warga hanya 55 persen, sedangkan kali ini mencapai 80,3 persen. Biaya penyelenggaraan sebagian merupakan bantuan warga serta potong honor anggota KPPS.
Sehari sebelum penghitungan suara, pihaknya juga menyebarkan selebaran yang mengingatkan warga menggunakan hak pilihnya. ”Ini agar warga antusias datang ke TPS,” kata Eddy.
Upaya ini mendapat apresiasi dari berbagai pihak, seperti dari Tim Pemantau Pilkada Mapilu Jawa Tengah, Sekretaris Daerah Jawa Tengah Hadi Prabowo, dan Direktur Pejabat Negara Kementerian Dalam Negeri Sapto Supono yang datang meninjau.
Baca juga: Pesta Demokrasi di SLB Negeri Kota Magelang
TPS nuansa Piala Dunia juga ada di RT 002 RW 030 Pedukuhan Nayu, Kelurahan Kadipiro, Banjarsari, Surakarta. TPS tersebut dihias bernuansa Piala Dunia dan tim nasional Brasil, Selasa (8/7/2014). Selain untuk menggairahkan pemilih agar berbondong-bondong datang mencoblos, pelaksanaan pemilihan presiden diharapkan mengusung semangat fair play, seperti halnya pertandingan sepak bola.
Kreatif dan ingin menarik warga untuk mendatangi bilik suara, sejumlah KPPS bersama warga berkreasi membuat TPS unik. Bus pariwisata berukuran sedang diparkir di tengah jalan kampung di depan rumah Arif Nugroho, Ketua RT 003 RW 004, Kampung Tegal Mulyo, Kelurahan Nusukan, Banjarsari, Kota Surakarta.
Bukan untuk berwisata, bus bercat putih itu disulap menjadi bilik suara pemilihan wali kota dan wakil wali kota Surakarta tahun 2009. Dua bilik suara ditempatkan di dalam bus itu. Di situlah warga mencoblos surat suara.
Setiap pemilih masuk secara bergiliran ke dalam bus melalui pintu tengah bus. Karpet hijau digelar di depan pintu bus yang diberi tambahan pijakan kaki untuk memudahkan pemilih naik dan turun. Di sebelah pintu dipasang tampah bambu bertuliskan ”TPS 7 Nyoblos di Atas Bis”.
”Awalnya karena rasa prihatin. Pesta demokrasi dibiayai uang negara begitu banyak, tetapi masyarakat sepertinya kian tidak antusias,” kata Arif.
Muncul pemikiran membuat TPS unik guna memancing partisipasi pemilih. Salah satunya seperti menempatkan kotak suara di atas becak dan menggunakan angkutan kota untuk bilik suara. ”Di kampung kami ada garasi bus. Lahirlah ide pinjam bus untuk bilik suara,” lanjutnya.
Ketua KPPS TPS 7 Suyatno mengatakan, dari bantuan dana Komisi Pemilihan Umum (KPU) Surakarta sebesar Rp 500.000 untuk pembuatan TPS, Rp 300.000 dipakai untuk sewa bus. Selebihnya digunakan untuk membeli baju batik sebagai seragam anggota dan ketua KPPS. ”Dengan bilik suara di dalam bus justru lebih ringkas. Tidak perlu mendirikan tenda besi untuk TPS,” katanya.
Susanti (30) terkejut ketika petugas di TPS 17, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, memberikan permen kepadanya. ”Apa ini, Pak?” katanya polos. Saat membuka bungkus permen itu, Susanti kembali terkejut karena di dalamnya ada kertas kecil bertuliskan angka 21.
”Selamat, Mbak, dapat doorprize (hadiah). Ini silakan hadiahnya,” kata seorang petugas sambil menyodorkan seikat petai kepada Susanti. Perempuan berkacamata itu pun tertawa. ”Terima kasih, Pak. Makanan favorit saya ini,” jawabnya.
Pemberian hadiah bagi pemilih di TPS 17 Desa Donokerto itu bukanlah praktik politik uang karena tidak dimaksudkan untuk mengarahkan pemilih. Ketua KPPS di TPS 17 Desa Donokerto Ahmadi Prasetya (39) mengatakan, pihaknya sengaja menyediakan hadiah agar minat warga untuk berpartisipasi dalam pilkada meningkat.
TPS berhadiah juga dijumpai di TPS 2 Desa Kemasantani, Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto. Seekor kambing menjadi hadiah utama yang akan diundi bagi warga yang menggunakan hak suara mereka. Adapun di TPS 14 Desa Sukorejo, Kabupaten Bojonegoro, panitia mengundi hadiah doorprize setelah penghitungan suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur selesai, Kamis (29/8/2013). Panitia Pemungutan Suara menyediakan 38 hadiah untuk menarik pemilih agar menggunakan hak pilihnya.
Sementara di TPS 1 Kelurahan Kedung Peluk, Kecamatan Candi, Sidoarjo, pemilih dapat mengambil hadiah hadir berupa perlengkapan rumah seperti kompor yang digantungkan setelah selesainya proses pemungutan suara di TPS tersebut dalam Pilkada Sidoarjo, Minggu (11/9/2005). Begitu pula di Medan, petugas KPPS di TPS 9 Kelurahan Glugur Darat, Kecamatan Medan Timur, Kota Medan, menyediakan kupon berhadiah di pintu keluar tempat pemungutan suara TPS 9, Rabu (8/7).
Kreativitas yang sama untuk meningkatkan partisipasi pemilih dengan hadiah juga dijumpai di TPS 05 Dusun Bintaran Wetan, Desa Srimulyo, Piyungan, Bantul. Hadiah bagi pemilih diundi seusai penghitungan suara selesai. Sementara di TPS 04, Kelurahan Kuto Batu, Palembang, Sumatera Selatan, hadiah-hadiah juga disediakan saat Pemilu Presiden 2009, Rabu (8/7/2009). Hadiah untuk pemilih diundi setelah penghitungan selesai.
Selain menawarkan beragam hadiah, ada pula KPPS yang menyediakan hidangan makanan rakyat berupa jajan pasar seperti di TPS 09 Kecamatan Gunung Puyuh, Kota Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (8/7/2009). Pemilih dapat mencicipi makanan tersebut. Anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara juga berpakaian khas Sunda.
Baca juga: Kostum Unik Petugas TPS
Selain TPS yang berhadiah, ada juga TPS-TPS yang dibuat seadanya dan ala kadarnya, seperti dijumpai di daerah terpencil di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Irian Jaya. Meski dengan bahan seadanya, rumput dan ranting kayu, warga tetap antusias mengikuti pemilu dengan membuat bilik TPS seperti dari jerami.
Nuansa kesederhanaan juga terlihat di TPS yang menempati kolong jembatan layang di daerah Tambora saat Pemilu 1999. Adapun TPS 02 di Manokwari Timur, Kabupaten Manokwari, yang menggunakan halaman rumah seorang warga, Rabu (8/4), merupakan satu dari 2.071 TPS di Provinsi Papua Barat yang menggunakan bilik suara dari tripleks.
Bilik suara itu ditutup dengan karung gandum atau beras. Dana pembuatan bilik suara Rp 230.000 per buah. Karena terbuat dari tripleks, bilik suara mudah rusak sehingga tak dijamin dapat digunakan dalam pemilu presiden mendatang.
Di tempat lain di Kampung Gundih, Surabaya, warga terlihat mempersiapkan pembuatan TPS di tepi rel kereta api karena kurangnya lahan. Jarak tepian tenda TPS tak lebih dari satu meter dari rel kereta tersebut.
TPS beratap langit dijumpai di Baduy Luar di Kampung Kadu Ketug, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten. Seorang warga Baduy Luar dibantu petugas saat memasukkan surat suara ke kotak di tempat pemungutan suara khusus pada pemilu legislatif, Kamis (9/4/2009). Meski tak banyak kenal calon anggota legislatif, ratusan warga Baduy Luar menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 2009.
Hak pilih setiap warga negara sangatlah penting. Bahkan, orang yang berbaring dalam kondisi lemah pun wajib dibantu. Seperti halnya pasien di rumah sakit yang harus dibantu untuk dapat tetap menggunakan suaranya. Hal ini tergambar saat para suster di RS Stella Maris Ujungpandang ini menutupi pencoblos tersebut dengan kain sebagai bilik darurat untuk menjaga kebebasannya memilih.
Kekayaan nuansa adat Nusantara menjadi tema yang dipilih petugas KPPS di TPS 04 yang dihias menyerupai panggung pertunjukan kesenian barong di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (9/12/2020). TPS tersebut menempati sebuah rumah joglo yang dihiasi perangkat gamelan dan hiasan-hiasan nuansa Jawa.
Sementara itu, warga Kelurahan Cipayung, Kecamatan Cipayung, Depok, Jawa Barat, berinisiatif membuat TPS menyerupai rumah adat Minangkabau di TPS 34, Selasa (8/12/2020). Pembuatan TPS bernuansa rumah adat ini diharapkan bisa menarik minat warga untuk datang memberikan hak suaranya pada pilkada serentak, Rabu (9/12/2020).
Dua hari menjelang pencoblosan Pemilu Serentak 2019, warga mulai membangun tenda TPS secara bergotong royong, seperti yang ditemui di Kampoeng Pemilu Nusantara, Kelurahan Depok Jaya, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat, Senin (15/4/2019).
Baca juga: Magnet Penarik Massa di Pesta Demokrasi
Di Kampoeng Pemilu Nusantara, warga yang tergabung di RW 003 itu membangun delapan TPS dengan memanfaatkan lapangan olahraga. Pembangunan TPS di tempat tersebut telah dimulai sejak Minggu (14/4/2019).
Tema resepsi pernikahan juga diambil sejumlah TPS untuk menarik minat pemilih. Tema ini bisa jadi yang paling banyak karena menonjolkan kekayaan budaya daerah, mulai dari busana hingga hiasan interior eksterior sangat melekat dengan ritual keseharian warga. Dekorasi janur serta pakaian beskap petugas KPPS langsung mengingatkan suasana pesta pernikahan tradisional.
Warga serasa menjadi tamu undangan yang mendatangi pesta pernikahan saat menggunakan hak suaranya. Hanya mungkin tidak perlu mengenakan busana resmi dan tidak menyantap makanan prasmanan. Jika dalam pesta pernikahan sesungguhnya tamu memasukkan amplop, maka pemilih memasukkan surat suara ke kotak suara di TPS tersebut.
TPS ala resepsi pernikahan juga dijumpai di TPS 11 RT 028 RW 005 Kelurahan Ngampilan, Kecamatan Ngampilan, Yogyakarta, yang didesain seperti tempat pesta perkawinan adat Jawa. Semua anggota KPPS menggunakan beskap, kain, dan belangkon.
Selain itu, pesta ”jadi-jadian” ini juga terlihat di TPS XIII di Desa Dukun, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Rabu (9/4/2014). Rancangan unik ini sengaja dibuat untuk menarik minat masyarakat untuk datang dan memberikan hak suaranya.
Meski Bandung memiliki kekhasan adat Sunda tersendiri dalam pesta pernikahan, Panitia Pemungutan Suara di TPS 23 yang menggunakan Balai RW 005 Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Jawa Barat, diset ala dekorasi pesta pernikahan Jawa Tengah saat pelaksanaan Pemilihan Wali Kota Bandung, Minggu (10/8/2008).
Hal yang unik dan berbeda berlangsung di Papua. Sejumlah tempat pemungutan suara di Kabupaten Yahukimo dan Jayawijaya menggelar pemungutan suara dengan sistem noken atau tas kantong tradisional. Seperti yang berlangsung di TPS Eroma 1, Distrik Kurima, Kabupaten Yahukimo, Papua, pemilih memasukkan surat suara pemilu presiden ke dalam noken (tas kantong tradisional), Rabu (8/7/2009).
Pemilih yang surat suaranya dicontreng, baik sendiri maupun oleh petugas sesuai pilihan pemilih, memasukkan surat suara ke salah satu dari tiga noken yang merepresentasikan ketiga pasangan calon presiden-wakil presiden. Pemilihan dengan sistem noken, antara lain, berlangsung di TPS Eroma 1, TPS Obolma 1 dan 2, serta TPS Anyelma 1 dan 2. Meski sama-sama menggunakan sistem noken, model pelaksanaan di setiap TPS berbeda.
Di TPS Eroma 1, pemilih menyatakan pasangan calon yang dipilih di depan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS). Salah satu petugas KPPS lalu mencontreng surat suara, seperti pilihan pemilih. Pemilih memasukkan suara suara dalam noken. Setelah pemungutan, perolehan suara langsung dihitung di hadapan pemilih.
Sistem noken memang tidak sesuai dengan aturan penyelenggaraan pemungutan suara pemilu presiden. Meskipun asas kerahasiaan pemilih tidak terjamin dalam sistem itu, pemilih dijamin tetap bebas memilih sesuai pilihannya.
Di TPS Obolma 1 dan 2, meski menggunakan sistem noken, perolehan suara dihitung Lurah Obolma Stefanus Meage dan anggota KPPS di dalam ruang tertutup di kantor lurah setelah masa pemungutan suara ditutup pada pukul 11.00 WIT dan langsung menyusun berita acara. Anggota KPPS tidak mengetahui perolehan suara calon. Mereka menunjukkan setiap surat suara yang sudah dicontreng oleh pemilih atau petugas KPPS dan perolehan suara akan dihitung belakangan.
Sistem itulah yang dikenal lama dan mudah. Sistem noken digunakan di banyak wilayah di kawasan pegunungan tengah Papua sejak 1971. Hasil pemungutan suara pun selalu dianggap sah.
Selain TPS Noken, keunikan pemilu di Papua juga tergambar dari sebuah foto yang memperlihatkan bilik suara dari tumpukan jerami. Meski jauh di daerah terpencil, Wamena, Kabupaten Jayawijaya, warga antusias mengikuti pemilu. Dengan bahan seadanya, rumput dan ranting kayu, warga bisa membuat bilik TPS seperti tampak dalam foto ini.
Fenomena politik uang jamak dijumpai menjelang pelaksanaan pemilu. Sebagai aspirasi kritik yang menyuarakan kegelisahan adanya ”operasi fajar” untuk memengaruhi calon pemilih tersebut, sebuah TPS di Kelurahan Mantrijeron, Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta, memasang hiasan gambar uang kuno yang merupakan simbol antipolitik uang di bilik suara TPS 009, Rabu (8/7/2009).
TPS ini berupaya menyuarakan bahwa melalui Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden 2009, masyarakat dapat menggunakan hak pilihnya untuk memilih secara langsung pemimpin bangsa. Selain itu, warga di TPS 7, Kelurahan Panggung Lor, Kota Semarang, Jawa Tengah, menyiapkan meja untuk bilik suara dengan latar belakang gambar peta Indonesia beserta keberagaman budayanya, Selasa (16/4/2019).
Keunikan lain terlihat pada bilik suara di TPS 09 yang dihiasi dengan gambar buah-buahan di Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta, Kamis (9/4/2009). Sementara semangat kepedulian lingkungan diangkat oleh warga di Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara.
Warga menghiasi TPS 140 yang menempati Bank Sampah Karya Peduli di Semper Barat dengan bahan limbah dari bank sampah tersebut, Selasa (16/4/2019). Hiasan dengan tema Bunga Bangsa di TPS diharapkan memeriahkan penyelenggaraan pemilu dan menarik minat partisipasi warga untuk memilih sekaligus mendaur ulang sampah.
Potret pemandangan yang unik di sejumlah wilayah ini menunjukkan upaya kesungguhan petugas KPPS dalam bertugas di hari pemungutan suara. Harapan seluruh rakyat Indonesia tentu ingin mendapatkan seorang pemimpin, baik presiden maupun kepala daerah, yang mampu membawa keadaan yang lebih baik lagi dalam segala hal lima tahun ke depan.
Masa kampanye memberikan ruang bagi calon anggota legistalatif dan kandidat kepala daerah serta presiden untuk menjabarkan visi, misi, dan janji. Pada saat pencoblosan, rakyat berkesempatan menunjukkan bentuk gotong royong mereka dalam mempersembahkan yang terbaik bagi pelaksanaan pemilu atau pilkada.
Meskipun kehadiran dan antusiasme warga yang sudah memiliki hak pilih terkadang kurang maksimal sebab masih ada saja warga yang memilih untuk golput atau tidak menggunakan hak pilihnya, toh upaya ini telah membuktikan komitmen bersama serta pengorbanan para panitia KPPS demi menjaring minat masyarakat untuk menggunakan pilihannya.