Kampung Sekabrom yang terletak di Kecamatan Klojen, Malang, Sabtu (27/1/2024) tampak berbeda. Setelah beberapa waktu gang-gang dipenuhi oleh poster, spanduk, maupun bendera calon anggota legislatif (caleg) dan partai politik dalam rangka Pemilu 2024, kini kampung tersebut berhias karya fotografi.
Sejak masuk lorong kampung, sejumlah karya fotografi ditaruh di dinding-dinding bangunan. Kehadiran foto-foto tersebut mengisi ruang–ruang kosong yang diciptakan dari sebuah permukiman.
Selain di dinding bangunan, karya-karya diletakkan sedemikian rupa menyesuaikan tempat yang ada. Di pagar kali, di jembatan, dan malah seolah sengaja disandingkan dengan alat peraga kampanye yang lama menghiasi jalan-kampung. Foto yang ada menetralisasi keriuhan kampung dari sampah visual kampanye.
Gerakan pameran di kampung tersebut masuk dalam agenda Ngalam Kultur Fotografi Festival yang digagas oleh kelompok Walking In Ngalam dengan tema “Memotret Malang: Memaknai Perubahan Ruang” . Sebuah kelompok yang menggeluti fotografi jalanan (street photography) di Malang.
Kegiatan tersebut merupakan sebuah gerakan untuk mengumpulkan kembali para pegiat fotografi lintas genre setelah lama vakum sejak sejak pandemi.
Menurut salah satu panitia, Tufail Rosyid, pameran sejak awal dibuat dengan semangat merespons ruang, pameran yang diselenggarakan di kampung Sekabrom yang kaya dengan nilai histori khususnya arsitektur masa lalu.
“ Awalnya pameran akan digelar di Kampoeng Heritage Kajoetangan. Namun karena kesulitan masalah perizinan akhirnya pameran diselenggarakan tidak jauh dari situ yaitu di Kampung Sekabrom, sama-sama kampung tua namun belum tergarap maksimal seperti Kampoeng Heritage Kajoetangan” ujar Tufail.
“Pameran menghadirkan 50 karya fotografi dari 41 fotografer yang dicetak di atas kain. Kain sendiri dipilih dengan pertimbangan lebih tahan cuaca yang saat ini musim hujan,” tambahnya.
Beragam kegiatan mengisi festival fotografi tersebut. Selain menghadirkan diskusi-diskusi juga pameran buku yang diselenggarakan di satu bangunan di kampung tersebut yang diubah fungsinya menjadi warung kopi.
Seperti tema yang diusung yaitu “Memotret Malang: Memaknai Perubahan Ruang” maka pameran yang diselenggarakan di kampung tersebut dalam skala terbatas telah berhasil merubah ruang menjadi lebih bermakna.
Jika diselenggarakan secara berkala, maka ruang-ruang baru yang tercipta dari sebuah pameran akan menjadi magnet bagi para penikmat untuk datang tidak hanya menikmati karya melainkan merasakan langsung bisa berada di sebuah kawasan yang telah mampu melewati berbagai zaman. Sisi sosial dan ekonomi jadi berkembang dari kegiatan tersebut.