Raut wajah pria paruh baya terlihat tenang berhadapan dengan mesin ketiknya. Tak sedikitpun menyiratkan kondisi dirinya yang menjalani hidup dalam pengasingan di Pulau Buru pada tahun 1977. Pria ini adalah Pramoedya Ananta Toer, sosok sastrawan terkemuka Indonesia yang namanya mendunia. Namun, waktu itu justru menerima stigma buruk dianggap bagian kelompok pemberontak oleh rezim penguasa.
Foto potrait karya wartawan Kompas Sindhunata ini tercetak dalam lempeng baja dan menjadi salah satu karya foto koleksi Harian Kompas yang dipamerkan dalam rangkaian sejumlah foto lain yang berjudul Mata Dasawarsa dalam Pameran Rekam Masa yang digelar oleh Artopologi di Museum Nasional, Jakarta, Jumat (28/10/2022). Pameran ini menyajikan sejumlah karya seni secara fisik dimana karya-karya tersebut juga muncul dalam bentuk NFT serta terintegrasi dalam dunia blockchain. Kehadiran foto jurnalistik Kompas dalam pameran ini selaras dengan tema besar yang diusung oleh Artopologi, yaitu Rekam Masa.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F10%2F31%2F5d769c78-fe08-4ada-905a-1dcf79208b83_jpg.jpg)
Foto ikonik sastrawan Pramudya Ananta Toer yang tetap berkarya semasa penahanannya di Pulau Buru karya Sindhunata dalam rangkaian Mata Dasawarsa yang dipamerkan di Pameran Rekam Masa oleh Artopologi di Museum Nasional, Jakarta, Jumat (28/10/2022).