Pandemi masih belum berlalu. Dalam serba ketidakpastian dan semangat untuk berdamai dengan kondisi, semua mencoba mengekspresikan perasaannya tentang masa ini. Tulisan, lagu, dan karya seni menjadi media penyalur rasa. Para penulis pakar menyampaikan gagasan tentang bagaimana mengendalikan pandemi. Pencipta lagu merangkai syair yang membangkitkan semangat untuk terus melanjutkan kehidupan, fotografer mengabadikan apa yang terjadi selama pandemi melalui foto-foto yang menggerakkan imajinasi.
Adalah Tri Harjanto, atau lebih dikenal dengan nama redaksi Boy T Harjanto, yang berusaha mengungkapkan perasaannya selama hidup berdampingan dengan pandemi. Berprofesi sebagai pewarta foto lepas dan mencari nafkah di Yogyakarta, Mas Boy, begitu dia akrab dipanggil, adalah seorang penyintas yang dalam gelombang perubahan lanskap dunia media. Dia tetap setia mewartakan peristiwa yang terjadi di Yogyakarta dan sekitarnya. Sebagai fotografer yang produktif menerbitkan sendiri karya-karya fotonya menjadi sebuah buku, Mas Boy tentunya tidak akan melewatkan pandemi ini untuk diabadikan menjadi sebuah buku foto. Alih-alih menyajikan pandemi yang menggambarkan perjuangan para tenaga medis menangani penyebaran virus Covid-19 atau bagaimana masyarakat merespons keadaan, Mas Boy dengan cerdiknya menyajikan pandemi dengan set latar yang sangat dipahaminya, yaitu erupsi Gunung Merapi.
Mas Boy meluncurkan buku foto Letusan Merapi 21, Erupsi di Masa Pandemi di hari dengan angka yang cantik, 12-12-2021. Buku foto dengan 112 halaman ini dirilis bersamaan dengan kegiatan pameran foto ”Pageblug” oleh Pewarta Foto Indonesia (PFI) Yogyakarta. Dengan buku Letusan Merapi 21, Mas Boy melanjutkan warisan visualnya dan menambah pustaka buku foto di Indonesia.