logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊPHK hingga Kenaikan UMP 2025...
Iklan

PHK hingga Kenaikan UMP 2025 yang Tidak Siginifikan Hantui Pekerja

Permasalahan pekerja berkorelasi kuat dengan potensi pelambatan pertumbuhan ekonomi triwulan III dan IV tahun 2024.

Oleh
MEDIANA
Β· 1 menit baca
Pengguna kereta komuter melintas di baliho iklan alat pembayaran yang tertempel di Terowongan Kendal, Jakarta Pusat, Kamis (3/10/2024). Turunnya jumlah kelas menengah dalam enam tahun terakhir berdampak pada pelemahan konsumsi. Jumlah kelas menengah, yang merupakan  motor utama konsumsi, tumbuh pesat di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo, dari 39 juta jiwa (15,6 persen dari total populasi) pada 2014 menjadi 60 juta jiwa (23 persen) pada 2018.Pada 2024, jumlah kelas menengah menjadi 47,85 juta.
KOMPAS/ PRIYOMBODO

Pengguna kereta komuter melintas di baliho iklan alat pembayaran yang tertempel di Terowongan Kendal, Jakarta Pusat, Kamis (3/10/2024). Turunnya jumlah kelas menengah dalam enam tahun terakhir berdampak pada pelemahan konsumsi. Jumlah kelas menengah, yang merupakan motor utama konsumsi, tumbuh pesat di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo, dari 39 juta jiwa (15,6 persen dari total populasi) pada 2014 menjadi 60 juta jiwa (23 persen) pada 2018.Pada 2024, jumlah kelas menengah menjadi 47,85 juta.

Menjelang akhir tahun 2024, kelompok pekerja dihantam oleh berbagai persoalan yang menekan tingkat kesejahteraan mereka, mulai dari terus merebaknya kasus pemutusan hubungan kerja hingga potensi kenaikan upah minimum tahun 2025 yang kembali tidak signifikan.

Seusai menghadiri konferensi pers 5 Tahun Kartu Prakerja, Rabu (2/10/2024) petang, di Jakarta, kepada media, Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso menyebut adanya aneka persoalan pekerja yang dikhawatirkan bakal memengaruhi capaian pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2024. Persoalan pertama adalah jumlah pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dipastikan naik melebihi total PHK tahun 2023.

Editor:
AUFRIDA WISMI WARASTRI
Bagikan