logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊMundurnya BASF dan Eramet...
Iklan

Mundurnya BASF dan Eramet Disebut Tak Pengaruhi Prospek Nikel

Pemerintah yakin daya tarik investasi hilirisasi pertambangan di Indonesia masih tinggi.

Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA, RAYNARD KRISTIAN BONANIO PARDEDE
Β· 0 menit baca
Pekerja menunjukkan nikel sulfat<i></i>yang diproduksi pabrik HPAL milik grup Harita Nickel di Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara, Minggu (9/4/2023). Nikel sulfat merupakan bahan pembuatan prekursor baterai kendaraan listrik.
KOMPAS/MOHAMAD FINAL DAENG

Pekerja menunjukkan nikel sulfatyang diproduksi pabrik HPAL milik grup Harita Nickel di Pulau Obi, Kabupaten Halmahera Selatan, Maluku Utara, Minggu (9/4/2023). Nikel sulfat merupakan bahan pembuatan prekursor baterai kendaraan listrik.

JAKARTA, KOMPAS β€” Mundurnya perusahaan bahan kimia Jerman, Badische Anilin-und Soda Fabrik, dan perusahaan tambang Perancis, Eramet, dari rencana investasi fasilitas pemurnian nikel senilai 2,6 miliar dollar AS atau setara Rp 42 triliun di Weda, Halmahera Tengah, Maluku Utara, dinilai lebih pada faktor internal. Adapun pemerintah yakin daya tarik investasi hilirisasi pertambangan di Indonesia masih tinggi.

Sebelumnya, Badische Anilin-und Soda Fabrik (BASF) serta Eramet menyatakan mundur dari rencana pembangunan smelter dengan teknologi pelindian asam dalam ruangan tekanan tinggi (high pressure acid leach/HPAL). Smelter itu mengolah bijih nikel menjadi mixed hydroxide precipitates (MHP). Setelah itu, dimurnikan lagi menjadi nikel sulfat dan kobalt sufalt. Kedua bahan terakhir itu diolah menjadi prekursor, katoda, hingga nantinya menjadi baterai kendaraan listrik.

Editor:
ARIS PRASETYO
Bagikan