Kritis Dana di Ambang Krisis Iklim
Pendanaan untuk menghadapi krisis iklim dan mendorong transisi energi masih jauh dari cukup. Apa yang terjadi?
![Ilustrasi aksi unjuk rasa terkait ancaman krisis iklim](https://cdn-assetd.kompas.id/zlu3Y8E0TDW68rUzMFnMH2AtRR8=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2022%2F07%2F21%2F80b75f83-0a74-4772-8d2f-3df608dea2bc_jpg.jpg)
Ilustrasi aksi unjuk rasa terkait ancaman krisis iklim
Ancaman krisis iklim semakin nyata. Namun, upaya Indonesia menghadapi risiko tersebut masih terganjal isu pendanaan yang kompleks. Pembiayaan lewat APBN tak bisa diandalkan karena kapasitasnya terbatas dan efektivitasnya belum pernah teruji. Sementara, sampai detik ini, komitmen pendanaan yang dinantikan dari negara maju masih jauh dari ekspektasi.
Dana yang dibutuhkan untuk memitigasi perubahan iklim di Indonesia memang tidak main-main. Sepanjang 2018-2030 saja dibutuhkan Rp 4.002,44 triliun atau rata-rata Rp 307,88 triliun setiap tahun untuk persiapan menghadapi ancaman krisis iklim. Setara dengan 10-11 persen dari total nilai APBN setiap tahunnya.