logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊSoal Nikel, Sampai Kapan...
Iklan

Soal Nikel, Sampai Kapan Indonesia Bergantung pada Negara Lain?

Kendati memiliki sumber daya nikel melimpah, Indonesia terbatas dalam teknologi dan investasi.

Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
Β· 0 menit baca
Foto aerial kawasan pemurnian nikel PT Virtue Dragon Industrial Park di Morosi, Konawe, Sulawesi Tenggara, Rabu (22/3/2023). Ribuan pekerja dari dua perusahaan di kawasan ini, yaitu PT Virtue Dragon Nickel Industry dan PT Obsidian Stainless Steel, melakukan aksi mogok kerja, menuntut berbagai hal ke perusahaan yang dianggap tidak menaati aturan ketenagakerjaan.
KOMPAS/SAIFUL RIJAL YUNUS

Foto aerial kawasan pemurnian nikel PT Virtue Dragon Industrial Park di Morosi, Konawe, Sulawesi Tenggara, Rabu (22/3/2023). Ribuan pekerja dari dua perusahaan di kawasan ini, yaitu PT Virtue Dragon Nickel Industry dan PT Obsidian Stainless Steel, melakukan aksi mogok kerja, menuntut berbagai hal ke perusahaan yang dianggap tidak menaati aturan ketenagakerjaan.

Tingginya biaya investasi dan kebutuhan teknologi membuat Indonesia masih bergantung pada negara lain dalam hilirisasi tambang nikel. Selain perlu memastikan transfer pengetahuan dan teknologi, penyiapan sumber daya manusia yang mendukung industri strategis nikel perlu diakselerasi.

Menurut Global Critical Mineral Outlook 2024 yang diterbitkan International Energy Agency (IEA) pekan lalu, pangsa pasar Indonesia dalam suplai produk tambang nikel (mined output) global meningkat dari 34 persen pada 2020 menjadi 52 persen pada 2023. Sementara pada produk olahahan dan pemurnian (refined output) meningkat dari 23 persen pada 2020 ke 37 persen pada 2023.

Editor:
FX LAKSANA AGUNG SAPUTRA
Bagikan