logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊMasalah Sampah Bertumpuk Bikin...
Iklan

Masalah Sampah Bertumpuk Bikin Investor Tak Tertarik Masuk

Tarif retribusi sampah di Indonesia terlalu murah, tak menutup kebutuhan operasional pengelolaan sampah yang jumbo.

Oleh
DIMAS WARADITYA NUGRAHA
Β· 0 menit baca
Aktivitas pembuangan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Piyungan di Bantul, DI Yogyakarta, beberapa waktu lalu. Proses penataan di TPST tersebut masih berlangsung, antara lain,  dengan memindahkan tempat pembuangan sampah ke TPS Transisi I seluas 1,1 hektar. TPST Piyungan menghadapi masalah meningkatnya jumlah sampah yang dibuang ke tempat itu hingga mencapai sekitar 760 ton per hari.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Aktivitas pembuangan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu Piyungan di Bantul, DI Yogyakarta, beberapa waktu lalu. Proses penataan di TPST tersebut masih berlangsung, antara lain, dengan memindahkan tempat pembuangan sampah ke TPS Transisi I seluas 1,1 hektar. TPST Piyungan menghadapi masalah meningkatnya jumlah sampah yang dibuang ke tempat itu hingga mencapai sekitar 760 ton per hari.

Di awal tahun ini, warga Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, dibuat kalang kabut oleh wacana kenaikan retribusi sampah. Mengutip situs resmi Pemerintah Kabupaten Bekasi, besaran kenaikan tarif retribusi sampah rumah tangga mulai dari Rp 11.000-Rp 20.000, bergantung pada klasifikasi rumah.

Adin (39), warga Kecamatan Cikarang Selatan, Kabupaten Bekasi, menilai cara mengatasi persoalan sampah di Kabupaten Bekasi seharusnya tak hanya bertumpu pada tingkat pungutan retribusi yang dibebankan kepada masyarakat, tapi juga meningkatkan kapasitas pengelolaan sampah. Limbah sampah seharusnya tidak cuma ditumpuk di tempat pembuangan sampah (TPS), tetapi harus diolah.

Editor:
ARIS PRASETYO
Bagikan