logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊNikel, LFP, dan Eksplorasi...
Iklan

Nikel, LFP, dan Eksplorasi Litium di Bledug Kuwu Grobogan

Badan Geologi telah mengidentifikasi sejumlah lokasi berpotensi litium, di antaranya di Bledug Kuwu, Grobogan, Jateng.

Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA, AGNES THEODORA
Β· 1 menit baca
Pekerja menunjukkan hasil produksi berupa mixed hidroxyde precipitate (MHP) di pabrik peleburan nikel (smelter) dengan teknologi <i>high pressure acid leaching</i> (HPAL) di kawasan penambangan dan industri pengolahan nikel grup Harita Nickel yang berada di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara, Sabtu (25/11/2023).
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Pekerja menunjukkan hasil produksi berupa mixed hidroxyde precipitate (MHP) di pabrik peleburan nikel (smelter) dengan teknologi high pressure acid leaching (HPAL) di kawasan penambangan dan industri pengolahan nikel grup Harita Nickel yang berada di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara, Sabtu (25/11/2023).

Kabar ditinggalkannya baterai kendaraan listrik berbahan baku nikel dan berkembangnya baterai lithium ferro-phosphate atau LFP berembus kencang pascadebat keempat Pemilihan Presiden pada Minggu (21/1/2024). Terlebih, harga nikel menunjukkan tren penurunan. Namun, kalangan pengamat menilai kedua teknologi berpotensi sama-sama berkembang.

Selama ini, Indonesia telah banyak memproduksi produk turunan nikel, seperti feronikel, nickel pig iron (NPI), dan nickel matte, yang diarahkan menjadi baja nirkarat (stainless steel). Namun, pemerintah mulai mengarahkan pada jalur berbeda. Bijih nikel bisa diolah untuk dijadikan mixed hidroxyde precipitate (MHP), untuk kemudian diolah lagi menjadi nikel sulfat dan kobal sulfat, yang nantinya menjadi bahan baku baterai kendaraan listrik.

Editor:
AUFRIDA WISMI WARASTRI
Bagikan