logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊKebutuhan Grafit dan Litium...
Iklan

Kebutuhan Grafit dan Litium Dipasok dari Luar Negeri

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan tidak menampik bahwa tak semua bahan baku mobil dan baterai listrik tersedia di Indonesia. Karena itu, kerja sama perdagangan antarnegara dibutuhkan untuk menutupi kekurangan tersebut.

Oleh
WILLY MEDI CHRISTIAN NABABAN
Β· 0 menit baca
Beberapa baterai merek Tianneng dari China mengikuti pameran Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2023 yang dimulai pada Rabu (17/5/2023) di JIExpo, Kemayoran, Jakarta. Perusahaan baterai untuk sepeda/motor listrik ini bekerja sama dengan sejumlah produsen kendaraan listrik.
KOMPAS/HERLAMBANG JALUARDI

Beberapa baterai merek Tianneng dari China mengikuti pameran Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2023 yang dimulai pada Rabu (17/5/2023) di JIExpo, Kemayoran, Jakarta. Perusahaan baterai untuk sepeda/motor listrik ini bekerja sama dengan sejumlah produsen kendaraan listrik.

BEKASI, KOMPAS β€” Indonesia masih belum mampu menguasai hulu hingga hilir ekosistem kendaraan listrik. Keterbatasan persediaan mineral seperti grafit dan litium memaksa Indonesia mesti mendatangkannya dari luar negeri. Konsistensi Indonesia dalam hilirisasi kini diuji apabila ingin menguasai pangsa pasar kendaraan listrik dunia.

Menurut Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA), kebutuhan rerata material mineral untuk membuat satu mobil listrik antara lain mencakup 66,3 kilogram grafit, tembaga (53,2 kg), nikel (33,9 kg), mangan (24,5 kg), dan kobalt (13,3 kg). Selain itu, litium (8,9 kg), LTJ (0,5 kg), dan logam lainnya (0,5 kg, termasuk titanium). Kebutuhan bahan baku lainnya adalah aluminium sejumlah 29-250 kg dan baja 40-100 kg per unit mobil listrik.

Editor:
MUKHAMAD KURNIAWAN
Bagikan