logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊSensus Butuh Pendekatan...
Iklan

Sensus Butuh Pendekatan Kultural pada Petani

Responden (ST-2023) adalah petani dan pelaku usaha pertanian sehingga strategi sosialisasi dan publikasinya harus disesuaikan. Penghimpunan data berprinsip mendatangi rumah responden atau secara langsung ke lapangan.

Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
Β· 0 menit baca
Petani memanen cabai rawit di Desa Wonolelo, Sawangan, Magelang, Jawa Tengah, Rabu (24/5/2023). Harga cabai tersebut di pasaran saat ini berkisar Rp 25.000 per kilogram. Berlangsungnya musim kemarau membuat sebagian petani pengolah lahan miring di kawasan lereng Gunung Merbabu tersebut mulai harus membeli air untuk mengairi tanaman budidaya mereka. Sebagian besar lahan pertanian di kawasan itu selama ini menggunakan sistem tadah hujan.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Petani memanen cabai rawit di Desa Wonolelo, Sawangan, Magelang, Jawa Tengah, Rabu (24/5/2023). Harga cabai tersebut di pasaran saat ini berkisar Rp 25.000 per kilogram. Berlangsungnya musim kemarau membuat sebagian petani pengolah lahan miring di kawasan lereng Gunung Merbabu tersebut mulai harus membeli air untuk mengairi tanaman budidaya mereka. Sebagian besar lahan pertanian di kawasan itu selama ini menggunakan sistem tadah hujan.

JAKARTA, KOMPAS β€” Demi mendapatkan data yang akurat, pendekatan terhadap petani sebagai responden berperan signifikan dalam Sensus Pertanian 2023. Petugas sensus membutuhkan pendekatan kultural dengan metode pendataan yang sederhana untuk mendapatkan informasi dari petani sehingga layak menjadi landasan kebijakan.

Badan Pusat Statistik mengadakan Sensus Pertanian 2023 atau ST-2023 pada 1 Juni-31 Juli 2023. Sensus ini akan mendata petani dan pelaku usaha pertanian dalam subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan, dan jasa pertanian. Jumlah petugas yang turun ke lapangan mencapai sekitar 190.000 orang.

Editor:
ARIS PRASETYO
Bagikan