logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊUjian El Nino untuk Indonesia
Iklan

Ujian El Nino untuk Indonesia

Fenomena El Nino berpengaruh pada pergerakan temperatur dan pola curah hujan. Para ahli mengimbau peningkatan investasi untuk adaptasi dan mitigasi iklim guna mengurangi dampak cuaca ekstrem terhadap ketahanan pangan.

Oleh
M PASCHALIA JUDITH J
Β· 1 menit baca
Shodiq memanen kedelai di Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Minggu (25/9/2022). Tanaman kedelai ditanam petani setempat saat musim kemarau. Komoditas kedelai saat ini sering terganggu oleh cuaca yang tidak menentu. Harga jual kedelai ditingkat petani mencapai Rp 10.500 per kilogram.
KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Shodiq memanen kedelai di Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Minggu (25/9/2022). Tanaman kedelai ditanam petani setempat saat musim kemarau. Komoditas kedelai saat ini sering terganggu oleh cuaca yang tidak menentu. Harga jual kedelai ditingkat petani mencapai Rp 10.500 per kilogram.

Sejak akhir April 2023, istilah El Nino mulai populer dan menggeser La Nina. El Nino yang berpotensi menyebabkan kekeringan di Indonesia tentu menjadi momok bagi produksi pangan dalam negeri. Agar tak bikin pening, Indonesia perlu menunjukkan kedalamannya dalam mengenali karakter komoditas-komoditas pangan yang dekat dengan masyarakat.

Popularitas kata ”El Nino” tak lepas dari laporan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) yang dipublikasikan Rabu (3/5/2023). Laporan itu menyatakan, setelah fenomena La Nina yang berlangsung selama tiga tahun berturut-turut, terdapat peluang sebesar 60 persen terjadinya pergeseran dari kondisi ENSO (El Nino-Southern Oscillation) netral ke El Nino pada Mei-Juli 2023. Berdasarkan pemutakhiran prediksi, peluang tersebut dapat meningkat menjadi 70 persen pada Juni-Agustus 2023 dan 80 persen pada Juli-September 2023. Adapun ENSO netral merupakan situasi yang menunjukkan El Nino dan La Nina sedang tidak terjadi.

Editor:
ARIS PRASETYO
Bagikan