Pengembangan Amonia Butuh Kepastian Pasar dan Harga
Produksi amonia biru dan hijau oleh PT Pupuk Indonesia (Persero) ditargetkan mulai pada 2030. Selama tujuh tahun ke depan, perusahaan tengah mencari pasar dan menentukan harga. Amonia dapat digunakan untuk ”co-firing”.
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia tengah berupaya menjadi produsen amonia biru dan hijau di kancah global untuk menyokong transisi energi. Sebagai calon produsen, Indonesia membutuhkan kepastian pasar yang akan membeli amonia yang diproduksi dan kesepakatan harga secara komersial.
Dari sisi produksinya, amonia dapat dikategorikan menjadi abu-abu, biru, dan hijau. Laporan International Renewable Energy Agency dan Ammonia Energy Association yang berjudul ”Innovation Outlook: Renewable Ammonia” menyatakan, amonia diproduksi dari hidrogen. Hidrogen yang diproses dari sumber fosil akan menghasilkan amonia abu-abu. Hidrogen yang diperoleh dari sumber fosil yang dikurangi emisinya (misalnya dengan teknologi penyimpanan dan penangkapan karbon) akan menghasilkan amonia biru. Adapun amonia hijau salah satunya dihasilkan dari hidrogen yang diperoleh dari proses elektrolisis berbasis energi terbarukan.