logo Kompas.id
โ€บ
Ekonomiโ€บKecil-kecil Cabai Rawit
Iklan

Kecil-kecil Cabai Rawit

UMKM pernah dikenal tahan menghadapi krisis ekonomi pada 1998 dan 2008. Namun, kini UMKM masih kesulitan bangkit pascapandemi Covid-19. Selain bantuan pemerintah, dorongan masuk ke ekosistem digital jadi solusi.

Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
ยท 1 menit baca
Pelaku UMKM menggelar dagangan mereka dalam kegiatan pasar murah di halaman Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali, Mojosongo, Boyolali, Jawa Tengah, Senin (21/11/2022). Selain sebagai salah satu upaya menjaga kestabilan pasokan dan harga pangan di kawasan Boyolali, kegiatan ini juga untuk mendorong masyarakat terus melestarikan keberadaan beragam makanan tradisional.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO

Pelaku UMKM menggelar dagangan mereka dalam kegiatan pasar murah di halaman Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali, Mojosongo, Boyolali, Jawa Tengah, Senin (21/11/2022). Selain sebagai salah satu upaya menjaga kestabilan pasokan dan harga pangan di kawasan Boyolali, kegiatan ini juga untuk mendorong masyarakat terus melestarikan keberadaan beragam makanan tradisional.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal sebuah ungkapan yang kerap diucapkan, yakni โ€kecil-kecil cabai rawitโ€. Ungkapan ini menggambarkan seseorang yang walau berbadan kecil tetapi punya kemampuan yang tak bisa diremehkan. Biar kecil tetapi menyengat dan memukau seperti pedasnya cabai rawit. Dalam dunia ekonomi, ungkapan ini cocok untuk menggambarkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Walau skala usahanya kecil, UMKM berperan signifikan bagi perekonomian nasional.

Sejarah membuktikan, UMKM adalah salah satu tulang punggung perekonomian yang tahan banting. Saat terjadi krisis moneter tahun 1998-1999, pada saat korporasi besar bertumbangan, UMKM tetap menggeliat. Kekuatan UMKM yang tahan banting saat krisis kembali terlihat pada 2008.

Editor:
ARIS PRASETYO
Bagikan