RI Sasar Penguasaan Teknologi dan Pengurangan Impor Bahan Baku Baterai
Meski telah memiliki nikel, Indonesia bakal masih mengimpor bahan baku baterai kendaraan listrik. Di sisi lain, Indonesia bakal kesulitan mendapatkan transfer teknologi dari para investor baterai kendaraan listrik.
JAKARTA, KOMPAS β Dalam mengembangkan ekosistem baterai kendaraan listrik, Indonesia tidak hanya menyasar peningkatan ekspor, pengurangan emisi gas rumah kaca, dan pengurangan konsumsi bahan bakar minyak. Indonesia juga berupaya mengurangi impor bahan baku baterai kendaraan listrik dan menguasai teknologi pembuatannya.
Saat ini, Indonesia tengah menjalankan program Pengembangan Industri Baterai Kendaraan Listrik Terintegrasi. Program itu terdiri dari dua proyek, yaitu proyek Titan yang ditangani konsorsium LG Energy Solution (LGES) dengan investasi senilai 8 miliar dollar AS dan proyek Dragon yang dipegang oleh konsorsium T Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co, Ltd, (CBL) dengan investasi senilai Rp 6 miliar dollar AS .