logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊTren Kasus Menurun, Penanganan...
Iklan

Tren Kasus Menurun, Penanganan PMK Tak Boleh Lengah

Jumlah kasus harian penyakit mulut dan kuku yang dilaporkan cenderung turun sepekan terakhir. Namun, vaksinasi, penanganan kasus, dan penerapan biosekuriti perlu terus diterapkan guna mencegah risiko penularan.

Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
Β· 1 menit baca
Kondisi sapi yang sembuh dari penyakit mulut dan kuku (PMK) di Nagari Ketaping, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, Kamis (21/7/2022). Padang Pariaman merupakan salah satu dari tiga daerah di Sumbar dengan kasus PMK tertinggi dengan jumlah kasus per 20 Juli 2022 mencapai 1.966 ekor. Peternak mengobati ternak yang terpapar PMK secara swadaya karena dinas peternakan setempat tidak punya obat-obatan.
KOMPAS/YOLA SASTRA

Kondisi sapi yang sembuh dari penyakit mulut dan kuku (PMK) di Nagari Ketaping, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, Kamis (21/7/2022). Padang Pariaman merupakan salah satu dari tiga daerah di Sumbar dengan kasus PMK tertinggi dengan jumlah kasus per 20 Juli 2022 mencapai 1.966 ekor. Peternak mengobati ternak yang terpapar PMK secara swadaya karena dinas peternakan setempat tidak punya obat-obatan.

JAKARTA, KOMPAS β€” Jumlah kasus penyakit mulut dan kuku atau PMK menunjukkan tren menurun sepekan terakhir setelah menjangkiti ratusan kota/kabupaten di 22 provinsi di Indonesia. Namun, situasi itu diharapkan tidak membuat penanganan penyakit pada hewan berkuku belah itu menjadi kendur. Pendekatan biosekuriti dan pemberian nutrisi pada hewan tertular mesti terus dipacu.

Menurut laporan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan PMK, Selasa (26/7/2022), kasus PMK telah dilaporkan menular ke 269 kabupaten/kota di 22 provinsi di Indonesia. Dari total 427.132 hewan yang dinyatakan sakit, 209.000 ekor di antaranya sembuh, 207.894 ekor belum sembuh, 3.82 ekor mati, dan 6.356 ekor dipotong bersyarat. Adapun vaksinasi telah diberikan pada 673.889 ternak.

Editor:
MUKHAMAD KURNIAWAN
Bagikan