logo Kompas.id
EkonomiHarga Jagung Melambung karena ...
Iklan

Harga Jagung Melambung karena Neraca Defisit

Akumulasi defisit bulanan karena produksi lebih kecil dibandingkan permintaan dinilai memicu lonjakan harga jagung pakan beberapa bulan terakhir. Para peternak unggas berharap pemerintah mengatasi problem tersebut.

Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/8iCpFY5FCcq5-itNPql3HgRH8F0=/1024x576/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F09%2F26440f60-193d-4e23-9a01-8f2eb91e5095_jpg.jpg
KOMPAS/ADITYA PUTRA PERDANA

Petani memanen jagung di Desa Banjarsari, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Rabu (29/9/2021). Panen jagung nasional berlangsung September hingga Desember 2021. Menurut data Kementerian Pertanian, Januari-Desember 2021, panen jagung nasional akan seluas 4,15 juta hektar, dengan produksi bersih sebesar 15,79 juta ton, dengan kadar air 14 persen.

JAKARTA, KOMPAS — Kenaikan harga jagung yang terjadi sejak April hingga saat ini dinilai karena produksi lebih kecil dibandingkan dengan kebutuhannya. Kondisi itu memberatkan peternak ayam telur dan ayam potong yang memerlukan jagung untuk pakan ternak. Cadangan jagung perlu diperkuat sehingga pasokan dan harga bisa lebih stabil.

Hal tersebut mengemuka dalam diskusi ”Tersandung Data Jagung” yang digelar Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi (Pataka) secara virtual, Kamis (30/9/2021). Hadir sebagai pembicara dalam diskusi itu Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan, Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Ditjen Perdagangan Dalam Negeri Isy Karim, dan Deputi Bidang Statistik Produksi Badan Pusat Statistik (BPS) M Habibullah.

Editor:
Mukhamad Kurniawan
Bagikan