perusahaan digital
Bukan Sebatas Aksi Korporasi Biasa
Lanskap industri rintisan bidang teknologi di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, memasuki generasi kedua. Kemunculan mereka bisa dioptimalkan untuk menghasilkan ekonomi digital yang lebih baik bagi rakyat.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2019%2F12%2FThe-NexDev-Summit-2019_85597089_1575818986.jpg)
Stan start up atau usaha rintisan Indonesia dalam The NextDev Summit 2019 di Jakarta Convention Center, Jakarta Pusat, Sabtu (7/12/2019). The NexDev Summit 2019 merupakan konferensi teknologi yang fokus menghasilkan dampak sosial positif untuk memberikan inspirasi dan melahirkan ide-ide baru bagi kemajuan bangsa Indonesia. Acara bertema ”Spark the Change” ini menghubungkan pemangku kepentingan dari berbagai latar belakang dan memfasilitasi kolaborasi berbagai pihak demi mengakselerasi ekonomi digital di Tanah Air.
Kabar perusahaan teknologi bervaluasi 1 miliar dollar AS (unicorn) dan 10 miliar dollar AS (decacorn) yang melantai di bursa saham selalu menarik diikuti. Apalagi jika menyimak deretan valuasi dan prediksi nilai pendanaan yang bakal mereka hasilkan setelah penawaran saham umum perdana atau IPO di pasar modal.
Sebutlah Grab yang pada April 2021 telah mengumumkan rencana IPO di Amerika Serikat melalui merger dengan perusahaan cangkang. Valuasi perusahaan ini diperkirakan hampir 40 miliar dollar AS. Kemudian, GoTo, grup hasil kolaborasi Gojek dan Tokopedia, akan melakukan IPO di dua bursa saham (dual listing) di Indonesia dan AS. Dengan jumlah pendanaan sekitar 18 miliar dollar AS atau sekitar Rp 261 triliun, pada kurs Rp 14.500 per dollar AS, grup ini masuk dalam jajaran 10 emiten berkapitalisasi besar di Bursa Efek Indonesia. Selanjutnya, Bukalapak yang akan IPO pada 6 Agustus 2021 di Bursa Efek Indonesia menargetkan pendanaan 1,3-1,5 miliar dollar AS atau setara Rp 19,32 triliun-Rp 21,9 triliun.