logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊPerlu Strategi agar Produk...
Iklan

Perlu Strategi agar Produk Halal Jadi Tuan di Negeri Sendiri

Pelaku industri dalam negeri harus bersaing dengan produk halal impor yang kerap dijual dengan harga lebih murah. Pengusaha lokal pun harus berinovasi dan mencari strategi untuk menjadi tuan di negeri sendiri.

Oleh
Agnes Theodora & Ismail Zakaria
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/IY2Of65AMfce2SNdXRDLQaR5SiE=/1024x683/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F07%2F3e0150e8-9cde-41eb-946c-59b0e597b2e5_jpeg.jpg
KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA

Para karyawan membuat kukis di ruang produksi usaha Nutsafir Lombok yang bergerak di bidang pengolahan makanan berbahan dasar biji-bijian hasil pertanian lokal di Nusa Tenggara Barat (NTB) di Mataram, Kamis (1/7/2021). Usaha yang bergerak di industri halal ini menghadapi berbagai tantangan mulai dari gempa Lombok pada 2018 hingga pandemi di 2020. Meski demikian, mereka bisa bertahan dengan menjaga kualitas produk, pemasaran digital, hingga tetap melengkapi legalitas usaha termasuk sertifikat halal.

Jakarta, Kompas -- Indonesia merupakan negara konsumen produk halal terbesar, dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia. Namun, pelaku industri dalam negeri harus bersaing dengan produk halal impor yang kerap dijual dengan harga lebih murah. Pengusaha lokal pun harus berinovasi dan mencari strategi untuk menjadi tuan di negeri sendiri.

Laporan State of Global Islamic Economy Report 2020-2021 menyebut Indonesia sebagai negara dengan konsumsi produk halal terbesar dengan nilai 214 miliar dollar AS, atau sekitar 10 persen dari pangsa produk halal dunia. Namun, produk halal yang dikonsumsi lebih banyak hasil impor dari luar negeri.

Editor:
Nur Hidayati
Bagikan