Ada “Lagom” di Balik Stimulus
Masyarakat di kala pandemi Covid-19 ini menerapkan prinsip hidup ”lagom”. Hidup sederhana, seimbang, tidak kurang atau berlebih, secukupnya, dan pas. Atau dari kacamata orang Jawa, artinya adalah ”sak madya”.
Gelontoran stimulus untuk menggerakkan konsumsi rumah tangga ibarat memancing ikan. Pemerintah berusaha ”memancing” dengan ”umpan” yang menggiurkan untuk mendapatkan ”ikan”. ”Ikan” tersebut ada yang merespons dan ada yang tidak. Di balik itu, ada falsafah lagom yang dipegang erat masyarakat di tengah ketidakpastian akibat pandemi Covid-19.
Tahun ini, pemerintah ingin menggeliatkan ekonomi di sektor properti, otomotif, dan perbankan dengan memancing konsumsi kelas menengah atas. Kelas menengah atas disasar karena berpenghasilan rata-rata 10-50 dollar AS (sekitar Rp 140.000-Rp 700.000) per orang per hari versi Bank Dunia.