logo Kompas.id
β€Ί
Ekonomiβ€ΊKetidakefektifan Stimulus...
Iklan

Ketidakefektifan Stimulus Fiskal Bebani APBN

Efektivitas stimulus fiskal tahun ini dipertaruhkan karena tingginya kasus positif Covid-19. APBN bisa semakin terbebani akibat lonjakan belanja dan utang pemerintah.

Oleh
KARINA ISNA IRAWAN
Β· 1 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/IruUOJ3GzNVrXjRLuyVDLOMv4Eg=/1024x768/filters:watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2021%2F02%2F06578729-bc8c-4294-80de-f94aeb842193_jpg.jpg
KOMPAS/AGUS SUSANTO

Sejumlah kios yang tutup di sebuah pusat perbelanjaan di Ancol, Jakarta Utara, Sabtu (6/2/2021). Badan Pusat Statistik mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 minus 2,07 persen. Kendati masih terkontraksi, tren perbaikan berlanjut pada triwulan IV-2020, tecermin dari angka kontraksi yang semakin kecil. Namun, Indonesia menghadapi tantangan berat dalam hal menekan kasus Covid-19.

JAKARTA, KOMPAS β€” Gelontoran stimulus fiskal tidak akan efektif mendorong pertumbuhan ekonomi selama kasus infeksi Covid-19 terus meningkat. Ketidakefektifan stimulus fiskal hanya akan menambah beban APBN masa depan.

Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M Rizal Taufikurahman menuturkan, realisasi pertumbuhan ekonomi 2020 meleset dari baseline pemerintah kisaran 0 persen. Padahal, anggaran program Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) 2020 terealisasi Rp 579,78 triliun atau 83,4 persen pagu.

Editor:
Hendriyo Widi
Bagikan